Sabtu, 14 Januari 2012

Cepen Siswa SMK N 6 Yogyakarta XII (KKN 2010)


 
Cerpen Kedua belas
IT IS ABOUT LOVE
(INI TENTANG CINTA)

“Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah..
Kau membuat diriku akan slalu memujamu..
Di setiap langkahku
Ku kan slalu memikirkan dirimu..
Tak bisa ku bayangkan hidupku tanpa cintamu..
Janganlah kau tinggalkan diriku…
Takkan mampu menghadapi semua..
Hanya bersamamu ku akan bisa…
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku…,lengkapi diriku ..
Oh sayangku kau begitu …. Sempurna…..”
For my love….” ucap cowok keren berparas tampan itu  seusai menyanyikan lagu milik andra n the backbone sambil menunjuk kearahku, ia kemudian turun dari panggung  menghampiri aku yang berada di antara para penonton yang mayoritas cewek2 kuliahan itu, but gue donk yang paling kece hehehe….. (pede banget ya gue).
“Yuk cabut …” ucapnya sambil menarik tanganku, and cepet-cepet kabur dari  tempat itu, mungkin tu cowok malu atau takut during-uring panitia karna nggak sesuai scenario..hehehe mang film..
“Gaya lo..!!!” ucapku sambil mencubit pinggang tu cowok.. abis gemes sich…
“Kalau cewek lo lihat gimana coba?”
“Cewek yang mana?” ucapnya nyeleneh…sambil terus berjalan menjauh dari kampusnya..
“Ki…., ia lalu menghentikan langkahnya, begitu juga aku “happy birthday” ucap cowok keren itu kemudian mencium keningku “... kiki”, aku lalu menatap wajahnya..
“Muka lo merah tuch…” ucapnya. Tanpa sadar ternyata orang di sekeliling menatap ke arah kami. “Joshi….!!!” panggilku sambil mengejar Joshi yang berjalan dengan langkah lebih cepat.
“Karena hari ini ultah lo, gue bakal nemenin lo seharian penuh…”
“Beneran nih…”
“Mau nantangin gue…” ucap cowok itu sambil menggenggam tanganku.
Oke, kalau gitu gue mau difoto kayak model-model yang biasa lo foto…”
“Buat lo apa sih yang enggak…”
“Oke sekarang berangkat…!!”
“Ke mana ?”
“0 km kota Yogyakarta… “
“Dengan senang hati tuan putri…”
***
Sesampainya di 0 km kota Yogyakarta...
“Duh akhirnya sampai juga…., Josh, besok lagi kalau pergi sama gue jangan naik motor itu ya…”
“Kenapa…?” tanyanya dengan gaya khasnya yang selalu santai.
“Paha gue pegel tau!! Abis jok motor lo ketinggian… Pantat gue jadi melorot melorot terus…”
“Kalau gue bawa mobil, lo nggak tahan ac.., jadi serba susah kan…”
“Tuch kan ngejek lagi…” aku lalu mencubit lagi pinggangnya.
“Aduh…” rintihnya “Ya udah besok gue bawa becak aja …., tapi elo ya yang nggenjot...”
Hari ini nggak akan aku lupain Josh, kamu nyanyiin lagu buat aku, buat onar acara kampus, jadi pusat  perhatian orang-orang di jalan karna tingkah kamu, jalan berdua sama kamu, jadi foto model profesional sehari hehehe…, plus ngabisin malam di 0 km kota jogja ini akan jadi kenangan manis yang nggak akan aku lupakan  with you….
 * * *
Sore hari ketika aku sedang menyiram tanaman di teras rumah….
“Assalamualaikum…”
“Waalaikumsalam…” Ketika aku menoleh ke belakang, aku dikejutkan oleh kehadiran pria tampan berparas tegap di balik pagar besi rumahku. Pria tampan berjenggot tipis yang udah nggak asing lagi di mataku…
Ya... dia Raichal Hamka Mardana, mahasiswa Hukum di salah satu universitas negeri di kotaku tercinta, JOGJAKARTA. Ichal, begitu biasa dia dipanggil. Dia pria yang cerdas, dewasa, bertanggung jawab, tegas, berpendirian, penyayang, dan juga sangat menghargai wanita. Dan, dia adalah kekasihku…
“Kak Ichal…”
“Gitu aja sambutannya…” ucapnya lalu mendekat ke arahku dan mencium keningku.dari balik pagar besi yang tingginya nggak lebih sedadaku.
“Aku datang, Cinta…” bisiknya.
“Kenapa nggak telpon dulu…” ucapku sambil membuka pagar dan mengajak Kak Ichal masuk ke rumah.
“Bukan surprise lagi dong..…. Udah makan belum?” tanya Kak Ichal sambil duduk di sofa.
“Belum. Mau dimasakin apa?”
“Emang bisa masak?” tanyanya sambil tersenyum. Dia tau kalau aku nggak bisa masak.
“Tuch kan ngejek...” gerutuku, lalu duduk di sebelahnya.
“Iya. Kiki bisa masak… Tapi aku udah bawa pizza. Mubazir kan kalau nggak dimakan..?!” kami pun menikmati pizza yang Kak Ichal bawa.
“Gimana Jepang?” tanyaku ke Kak Ichal, sambil melahap pizza yang Kak Ichal bawa.
“Lumayan menyenangkan, sayangnya kamu nggak ikut..”
“Makanya, lain kali kalau ke sana ajak aku dong..”
“Nanti kalau kamu mau jadi istri aku..” ucap Ichal. Bukannya kebalik. Harusnya aku yang tanya itu. Apa kamu mau didampingi gadis biasa yang jelas – jelas jauh dari kasta kamu. Kita memang berada sangat dekat, tapi aku merasa jauh dari kamu, Kak, aku sulit menggapai tangan kamu, Kak…
“Knapa bengong?”
“Nggak papa…” jawabku sambil tersenyum menutupi kegalauanku.
“Nih buat kamu…” ucapnya sambil menyodorkan sebuah kotak berwarna merah yang dia ambil dari dalam tasnya. Betapa terkejutnya aku ketika aku tau apa isi dalam kotak itu..
Sebuah laptop…
“Itu buat kamu..”
“Aku nggak mau..”
Kenapa?”
“Ini barang mahal kak..”
“Masa sich, aku beli cuma 10 ribu…”
“Tuch kan malah bercanda…”
“Dasar kamu…. Ya udah, aku nggak kasih cuma–cuma…”
“Terus??”
“Kamu harus jadi istri aku..”
Hah…”
“Nggak–nggak aku bercanda. Gitu banget sich ekspresinya… Emang nggak mau ya…”
“Mau….” jawabku manja, ”Tapi nanti kalau aku udah jadi sarjana.
“lya dech, aku bakalan nunggu..” ucap Kak Ichal dengan senyumnya yang slalu buat aku terpesona..hehe
“Lukis aku ya…, itu sebagai bayarannya…”
“Tapi kan, Kak…”
“Udahlah……, aku bawanya berat tau…!! Happy birthday ya, sayang….., maaf aku baru bisa ngucapin sekarang…” ucapnya sambil mencium keningku. Aku sayang kamu tau…
***
_ Pangeranku _
Ya rabbi….
Jagalah kekasihku di kala penjagaan ku tak sampai padanya..
Sayangi ia di kala sayangku tak mampu merengkuhnya..
Dalam dekapan nyata
Muliakan ia di kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja
Karena engkau punya segala yang tak ku punya dan karena kuingin ia selalu jadi  kekasihku di dunia dan mengharap bertemu dengannya di surga….

Sebuah sms terkirim ke ponselku dari pangeranku.
***
Ketika jam pulang sekolah….
“Kiki….” panggil seorang cowok yang udah nggak asing lagi  di mataku. Yup, dia Joshi, cowok yang selalu membuat aku tersenyum. Joshi lalu menghampiri aku yang sedang  membeli sebotol minuman dingin di warung samping sekolah.
“Ikut gue ke Taman Pintar, ya….”
“Ngapain?” tanyaku sambil membuka tutup botol minuman dan meneguknya.
“Biasa.., berburu gambar..” jawab Joshi, “minta ya ki…” ucapnya sambil mengambil minuman yang aku minum.
“Motor lo mana ?” tanyaku  mengikuti langkah Joshi.
“Hari ini gue bawa mobil. Abis panas sich.. Kalau kulit gue gosong gimana…” ucapnya dengan gaya konyolnya.
“Ih…. Gaya lo… Dasar orang kaya…!!!” cibirku ketika Joshi membukakan pintu mobil buat aku kemudian menutupnya. Ia  masuk, menyalakan mesin and then….. cabut….
“Mau gue bawain apa?” tanya Joshi sambil terus mengemudikan mobilnya dengan teratur.
“Maksudnya?” tanyaku nggak ngerti maksud Joshi.
“Besok gue ke Jakarta…”
Ngapain?”
 Biasalah acara kampus…”
“Oh…. Kalau elo seneng gue juga udah seneng, kok, Josh….” Joshi lalu tersenyum.
“Beneran nih nggak gue bawain apa-apa?”
“Padahal rencananya gue mau minta tanda tangannya Bambang Pamungkas buat elo…. Tapi, ya udahlah
“Joshi…” panggilku sambil menarik-narik lengan kaos Joshi…
“Apa? ucapnya sambil tersenyum ngeledek..
“Kalau itu mau…..” ucapku sok manja.
“Itu apa?” tanya Joshi pura-pura nggak tau. Padahal jelas-jelas dia tau kalau Bambang Pamungkas itu idola aku banget, dasar Joshi jelek….
“Bambang Pamungkas…..” jawabku dengan gaya sok melas. Eh, dia malah ketawa ngakak….dasar Joshi….jelek…jelek….jelek….
(Ups…. Emang dia jelek..?)
***
Setibanya kami di Taman Pintar, seperti biasanya, Joshi mulai memainkan camera kesayangannya …. Jepret sana, jepret sini bak fotografer profesional.
Dan itu bukan pemandangan yang asing lagi di mataku …
Mungkin justru di sinilah letak kemenarikannya, gayanya yang cool ketika serius…
Mungkin ini yang membuatnya kerap kali mendapat perhatian lebih dari para wanita.
“Ikut gue!” tiba-tiba aja dia menghentikan lamunanku…., menarik tangan ku..
“Foto berdua yuk... Yah, walaupun gue tau hasilnya bakalan jelek…” ejek Joshi.
“Rasain nih…” sebuah cubitan mendarat di pinggangnya.
“Aduh…!” rintihnya. Setelah berlama-lama di sana, kami pun memutuskan untuk pulang.
***
“Ki, gue balik dulu ya…,” pamit Joshi ketika sampai di rumahku.
“Joshi……. Hati-hati, ya…..” ucapku.
“Iya, cantik….

***
23 Agustus…
2 minggu setelah hari ulang tahunku.
Ketika jam istirahat di sekolah,
Assalammu’alaikum…” salamku ketika menerima sebuah panggilan dari no. asing.
Wa’alaikumsalam… Benar ini dengan Kiki?” tanya seseorang yang dari suaranya itu wanita.
“Iya. Ini siapa ya?” tanyaku kemudian.
“Sebelumnya maaf ganggu kamu, aku Dila.
“Dila siapa?”
“Aku adik angkat Aa’ Ichal. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan dengan kamu.”
“Tentang?”
“Tentang kamu dengan Aa” jawab wanita di telepon itu.
“Apa hari ini kita bisa ketemu?”
“Di mana? Hari ini aku sekolah.”
“Gimana kalau di sekolah kamu. Sepulang sekolah nanti?”
“Oke,sanggupku. Jujur aku penasaran dengan orang yang mengaku bernama Dila itu. Karena setau aku, Kak Ichal nggak punya adik, dan dia juga nggak pernah cerita soal Dila, adik angkatnya.
“Nanti kamu pulang jam berapa, Ki?”
“Aku pulang jam setengah tiga.”
“Maaf ya, sebelumnya udah ganggu kamu. Makasih ya, Ki, atas waktunya... Wassalamualaikum.
Wa’alikumsalam..”
***
Jam pulang sekolah di depan gerbang hotel milik sekolahku…
“Dila,” ucap wanita cantik berkerudung yang duduk di sampingku ini. Sambil menjabat tanganku.
“Kiki.
“Kamu manis…” ucap wanita yang kira–kira seusia Kak Ichal itu, “Sebelumnya maaf, aku udah bohongin kamu..”
Maksudnya?” tanyaku nggak ngerti maksud dia.
“Aku bukan adik angkat Aa.
“Kalau gitu mbak ini siapa?”
“Aku calon istri Aa’, Ki…” ucap wanita itu sambil menggenggam tanganku. Aku nggak tau harus ngomong apa. Apa ini bukan sebuah kebohongan? Kenapa wanita ini tiba tiba datang dan bilang hal ini ke aku, apa sebenarnya maksud dia.
“Mungkin kamu nggak percaya dengan pernyataanku ini. Tapi inilah kenyataannya, Ki... Aku nggak tau seberapa besar cinta kamu ke Aa’, tapi aku mohon…. Lepaskan dia…”
“Aku mohon…..” aku melihat air matanya keluar..
***
Tak berapa lama setelah wanita itu pergi, Kak Ichal datang menjemputku. Aku masih berusaha menyembuyikan hal tadi...
Sesampainya di rumah….
“Kak Ichal... ”
“Ya…”
“Ada hubungan apa kamu sama wanita yang bernama Dila?”
“Sepertinya kamu udah tahu banyak… Dia calon istri aku….” jawab Kak Ichal dengan tegas.
“Jadi, semua itu bener… Kenapa kamu masih bisa setenang ini, setelah kamu bohongin aku…”
“Karena aku nggak pernah bohongin kamu... Aku benar mencintai kamu…, apa kamu belum sadar itu..?” ucapnya sambil memelukku. Kamu pikir apa yang membuat aku bertahan selama ini bersama kamu, Kak, kalau bukan karena cinta. Tapi kenapa kamu sakiti aku, setelah kamu buat aku mencintai kamu…
“Aku mohon… Sudahi semua ini. Sebelum aku terlalu sakit atas perasaan ini… Lanjutkan langkah kamu, Kak, demi Bundamu… Mungkin Dila, wanita pilihan Bunda Salma, adalah orang yang tepat untuk kamu. Aku nggak mau kamu menjadi durhaka karena aku, aku ikhlas…” ucapku tak kuasa menahan air mata ini..
“Ya Allah… Kenapa kamu hadapkan aku pada keadaan seperti ini… Aku sangat mencintai wanita ini,” ucap Kak Ichal. Aku merasakan setiap tetes air matanya yang jatuh di pundakku.
“Pulanglah, Kak…..” pintaku
“Aku mencintai kamu… Maafkan aku atas semua ini….” ucapnya ketika mencium keningku. Baru kali ini aku melihatnya menangis. Jangan menangis sayang, karena tangisanmu akan membuatku semakin berat melepasmu…
Segala sesuatu yang bukan milikku, suatu saat akan kembali pada pemiliknya… Begitu pula dirimu, mungkin kamu tercipta bukan untuk aku.....
***
29 Agustus…..
“Aku jadi ngerasa bersalah atas kejadian ini. Merasa bersalah karna mencintai orang yang seharusnya nggak aku cintai…” ucapku seusai menceritakan apa yang aku alami saat itu.
“Kenapa harus merasa bersalah? Nggak ada yang salah dalam kejadian ini…. Elo nggak salah karena mencintai dia, begitupun dia…. Memang itulah cinta... Kadang kita dibuat buta olehnya… Nggak peduli siapa yang kita cintai dan mengapa kita mencintai Ini manusiawi, Ki…. Itu juga yang gue rasain… Gue nggak peduli lo mencintai siapa, dan dengan siapa lo saat ini, tapi gue nggak bisa mengelak atas perasaan ini, ucap Joshi tanpa memandangku sedikitpun. Ia terus berdiri memotret apa yang ada di depannya. Sedang aku hanya dapat duduk terdiam tanpa berkata sepatah katapun. 
“Yuk pulang!” ajaknya sambil menggandeng tangan ini meninggalkan Benteng Vredenburg.
Maafin aku, Josh, walaupun aku tau minggu depan Kak Ichal menikah, tapi jujur aku belum bisa menghapus dirinya dari hati aku… Aku masih mencintainya….
***                                                                                                                         
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 11 Agustus, ketika hari ulang tahunku…..
Happy birthday ya, sayang…..” ucap mamah saat memeluku dan menciumku.. ketika kami sedang duduk di sofa ruang tamu.
“I LOVE you, Mam….” bisiku di telinga mamahku. Wanita yang masih tetap terlihat cantik walaupun telah berumur itu. Satu-satunya orang yang amat aku sayang. Wanita yang selalu ada untuku di saat apapun. Wanita yang dapat menghidupiku sampai saat ini walaupun tanpa seorang ayah.
“Apa keinginan kamu sayang?”
“Kiki pengen membuat mamah bahagia hidup bersama Kiki, Kiki pengen kuliah Kiki lancar, Kiki pengen apa yang Kiki cita-citakan terwujud…”
“Nggak mau punya pendamping?”
“Mau…” jawabku manja.
“Kayak Ichal?” tanya mamah menggoda.
“Mamah apaan sich… Jangan ngomongin suami orang  ah…”
“Ada yang nyari kamu tuch…!” kata mamah sambil menunjuk ke arah luar rumah.
“Siapa?” tanyaku penasaran.
“Lihat aja sendiri,” suruh mamah.
Aku segera melangkah keluar rumah. Betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok pria di hadapanku…
“Kak Ichal….” dia pun tersenyum manis seperti biasanya, dan berucap, “Maukah kamu menikah dengan saya…”
“Gimana dengan Dila? Bukankah dia adalah istri Kak Ichal?”
“Dia memang telah menjadi seorang istri, tapi bukan istri Ichal sayang…” mamah menjawab.
“Mamah tau dari mana?”
“Bunda Salma yang cerita ke Mamah.”
“Saya berhak menentukan hidup saya dan pilihan saya. Tanpa campur tangan orang lain. Dan kamu adalah pilihan saya. Sekali lagi, maukah kamu menikah dengan saya?” ucap Kak Ichal dengan bahasanya yang menurutku sangat formal itu.
“Nggak…” Seketika itu kulihat ekspresi wajahnya berubah. ”Aku nggak akan mau kalau bukan dengan kamu, Kak...”
Ucapku sambil melangkah mendekat dan memeluknya… Begitupula dengannya. Ia pun memelukku dan berbisk di telingaku, ”Aku mencintai kamu.
Love you, too..” ucapku tak kuasa menahan air mata bahagia ini.
“Semoga Allah menjadikanmu istriku untuk saat ini dan ketika di surga nantinya…”
“Amien. Tapi tunggu aku wisuda dulu ya…” Hehe…
“Aku akan nunggu kamu.” Aku nggak bisa mendeskripsikan apa yang aku rasakan saat ini,  yang jelas aku tau inilah yang namanya cinta.


“Aku tercipta bukan dari tulang kepalamu,
Karena aku tercipta bukan tuk menjadi pemimpinmu..
Aku tercipta bukan dari tulang kakimu,
Karena aku tercipta bukan tuk jadi budakmu…
Tapi aku tercipta dari tulang rusukmu,
Karena aku tercipta tuk selalu dekat di hatimu..
Wahai Adamku…..”
 
Wulan Dwi Agustina
  XII BB 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar