|
IT IS ABOUT LOVE
(INI TENTANG CINTA)
“Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah..
Kau membuat diriku akan slalu memujamu..
Di setiap langkahku
Ku kan
slalu memikirkan dirimu..
Tak bisa ku bayangkan hidupku tanpa cintamu..
Janganlah kau tinggalkan
diriku…
Takkan mampu menghadapi semua..
Hanya bersamamu ku akan
bisa…
Kau adalah darahku…
Kau adalah jantungku…
Kau adalah hidupku…,lengkapi
diriku ..
Oh sayangku kau begitu …. Sempurna…..”
“For my love….” ucap cowok keren berparas tampan itu seusai menyanyikan lagu milik andra n the
backbone sambil menunjuk kearahku, ia
kemudian turun dari panggung menghampiri aku yang berada di
antara para penonton yang mayoritas cewek2 kuliahan itu, but gue
donk yang paling kece hehehe….. (pede
banget ya gue).
“Yuk cabut …” ucapnya
sambil menarik tanganku, and cepet-cepet kabur dari tempat itu, mungkin tu cowok malu atau takut during-uring panitia karna nggak sesuai scenario..hehehe mang film..
“Gaya lo..!!!” ucapku
sambil mencubit pinggang tu cowok.. abis gemes sich…
“Kalau cewek lo lihat gimana coba?”
“Cewek yang mana?” ucapnya nyeleneh…sambil terus berjalan menjauh dari
kampusnya..
“Ki….,” ia lalu
menghentikan langkahnya, begitu juga aku “happy
birthday” ucap cowok keren itu kemudian mencium keningku “... kiki”, aku lalu menatap wajahnya..
“Muka lo merah tuch…” ucapnya. Tanpa sadar ternyata orang di sekeliling
menatap ke arah kami. “Joshi….!!!” panggilku sambil mengejar Joshi yang
berjalan dengan langkah lebih cepat.
“Karena hari ini ultah lo, gue bakal nemenin lo seharian penuh…”
“Beneran nih…”
“Mau nantangin gue…” ucap cowok itu sambil menggenggam
tanganku.
“Oke, kalau gitu gue mau difoto kayak model-model yang biasa lo foto…”
“Buat lo apa sih yang
enggak…”
“Oke sekarang
berangkat…!!”
“Ke mana ?”
“0 km kota Yogyakarta… “
“Dengan senang hati
tuan putri…”
***
Sesampainya di 0 km
kota Yogyakarta...
“Duh akhirnya sampai
juga…., Josh, besok lagi kalau pergi
sama gue jangan naik motor itu ya…”
“Kenapa…?” tanyanya dengan gaya khasnya yang selalu santai.
“Paha gue pegel tau!! Abis jok
motor lo ketinggian… Pantat gue jadi melorot melorot terus…”
“Kalau gue bawa mobil,
lo nggak tahan ac.., jadi serba susah kan…”
“Tuch kan ngejek lagi…”
aku lalu mencubit lagi pinggangnya.
“Aduh…” rintihnya “Ya udah
besok gue bawa becak aja …., tapi elo ya yang nggenjot...”
Hari ini nggak akan aku lupain Josh, kamu nyanyiin lagu buat aku, buat
onar acara kampus, jadi pusat perhatian orang-orang di jalan karna tingkah kamu, jalan
berdua sama kamu, jadi foto model profesional sehari hehehe…, plus ngabisin
malam di 0 km kota jogja ini akan jadi kenangan manis yang nggak akan aku
lupakan with you….
* * *
Sore hari ketika aku sedang menyiram tanaman di teras rumah….
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam…” Ketika
aku menoleh ke belakang, aku
dikejutkan oleh kehadiran pria tampan berparas tegap di balik pagar besi rumahku.
Pria tampan berjenggot tipis yang
udah nggak asing lagi di mataku…
Ya... dia Raichal Hamka
Mardana, mahasiswa Hukum di salah satu universitas negeri di kotaku tercinta, JOGJAKARTA. Ichal, begitu biasa dia
dipanggil. Dia pria yang cerdas,
dewasa, bertanggung jawab, tegas, berpendirian, penyayang, dan juga sangat
menghargai wanita. Dan, dia adalah
kekasihku…
“Kak Ichal…”
“Gitu aja sambutannya…” ucapnya
lalu mendekat ke arahku dan mencium keningku.dari balik pagar besi yang tingginya nggak lebih
sedadaku.
“Aku datang, Cinta…” bisiknya.
“Kenapa nggak telpon dulu…” ucapku
sambil membuka pagar dan mengajak Kak Ichal masuk ke rumah.
“Bukan surprise lagi dong..…. Udah makan belum?” tanya Kak Ichal sambil duduk di sofa.
“Belum. Mau dimasakin
apa?”
“Emang bisa masak?” tanyanya
sambil tersenyum. Dia tau kalau aku
nggak bisa masak.
“Tuch kan ngejek...” gerutuku,
lalu duduk di sebelahnya.
“Iya. Kiki bisa masak… Tapi
aku udah bawa pizza. Mubazir kan
kalau nggak dimakan..?!” kami pun
menikmati pizza yang Kak Ichal bawa.
“Gimana Jepang?” tanyaku ke Kak Ichal, sambil melahap pizza
yang Kak Ichal bawa.
“Lumayan menyenangkan,
sayangnya kamu nggak ikut..”
“Makanya, lain kali kalau ke
sana ajak aku dong..”
“Nanti kalau kamu mau jadi istri aku..” ucap Ichal. Bukannya kebalik. Harusnya aku yang tanya itu. Apa kamu
mau didampingi gadis biasa yang jelas – jelas jauh dari kasta kamu. Kita memang
berada sangat dekat, tapi aku merasa jauh dari kamu, Kak, aku sulit
menggapai tangan kamu, Kak…
“Knapa bengong?”
“Nggak papa…” jawabku
sambil tersenyum menutupi kegalauanku.
“Nih buat kamu…” ucapnya sambil menyodorkan sebuah kotak berwarna merah
yang dia ambil dari dalam
tasnya. Betapa terkejutnya aku ketika aku tau apa isi dalam kotak itu..
Sebuah laptop…
“Itu buat kamu..”
“Aku nggak mau..”
“Kenapa?”
“Ini barang mahal
kak..”
“Masa sich, aku beli cuma
10 ribu…”
“Tuch kan malah
bercanda…”
“Dasar kamu…. Ya udah, aku nggak kasih cuma–cuma…”
“Terus??”
“Kamu harus jadi istri
aku..”
“Hah…”
“Nggak–nggak aku bercanda. Gitu banget sich ekspresinya… Emang nggak mau ya…”
“Mau….” jawabku manja, ”Tapi
nanti kalau aku udah jadi sarjana.”
“lya dech, aku bakalan
nunggu..” ucap Kak Ichal dengan
senyumnya yang slalu buat aku terpesona..hehe
“Lukis aku ya…, itu
sebagai bayarannya…”
“Tapi kan, Kak…”
“Udahlah……, aku bawanya berat tau…!! Happy birthday ya, sayang….., maaf aku baru bisa ngucapin
sekarang…” ucapnya sambil mencium keningku.
Aku sayang kamu tau…”
***
_ Pangeranku _
Ya rabbi….
Jagalah kekasihku di
kala penjagaan ku tak sampai padanya..
Sayangi ia di kala sayangku tak mampu merengkuhnya..
Dalam dekapan nyata
Muliakan ia di kala penghargaanku tak terangkum dalam kata yang sahaja
Karena engkau punya segala yang tak ku punya dan karena kuingin ia selalu
jadi kekasihku di dunia dan mengharap
bertemu dengannya di surga….
Sebuah sms terkirim ke ponselku dari pangeranku.
***
Ketika jam pulang sekolah….
“Kiki….” panggil seorang
cowok yang udah nggak asing lagi di
mataku. Yup, dia Joshi, cowok yang selalu membuat aku tersenyum. Joshi lalu menghampiri aku yang sedang membeli sebotol minuman dingin di warung samping sekolah.
“Ikut gue ke Taman Pintar,
ya….”
“Ngapain?” tanyaku sambil membuka tutup botol minuman
dan meneguknya.
“Biasa.., berburu gambar..” jawab Joshi, “minta ya ki…” ucapnya sambil mengambil minuman yang
aku minum.
“Motor lo mana ?” tanyaku mengikuti langkah Joshi.
“Hari ini gue bawa mobil. Abis panas sich.. Kalau kulit gue gosong
gimana…” ucapnya dengan gaya
konyolnya.
“Ih…. Gaya lo… Dasar orang kaya…!!!” cibirku ketika Joshi membukakan
pintu mobil buat aku kemudian menutupnya. Ia masuk,
menyalakan mesin and then….. cabut….
“Mau gue bawain apa?” tanya Joshi sambil terus mengemudikan
mobilnya dengan teratur.
“Maksudnya?” tanyaku nggak
ngerti maksud Joshi.
“Besok gue ke Jakarta…”
“Ngapain?”
“Biasalah acara kampus…”
“Oh…. Kalau elo seneng gue juga
udah seneng, kok, Josh….” Joshi lalu tersenyum.
“Beneran nih nggak gue
bawain apa-apa?”
“Padahal rencananya gue
mau minta tanda tangannya Bambang
Pamungkas buat elo…. Tapi, ya udahlah…”
“Joshi…” panggilku
sambil menarik-narik lengan kaos Joshi…
“Apa?” ucapnya sambil
tersenyum ngeledek..
“Kalau itu mau…..” ucapku sok manja.
“Itu apa?” tanya Joshi
pura-pura nggak tau. Padahal
jelas-jelas dia tau kalau Bambang
Pamungkas itu
idola aku banget, dasar Joshi jelek….
“Bambang Pamungkas…..”
jawabku dengan gaya
sok melas. Eh, dia malah ketawa ngakak….dasar Joshi….jelek…jelek….jelek….
(Ups…. Emang dia jelek..?)
***
Setibanya kami di Taman Pintar, seperti biasanya, Joshi mulai memainkan camera kesayangannya …. Jepret sana, jepret sini bak fotografer
profesional.
Dan itu bukan pemandangan
yang asing lagi di mataku …
Mungkin justru di sinilah
letak kemenarikannya, gayanya yang cool ketika serius…
Mungkin ini yang membuatnya kerap kali mendapat perhatian lebih dari para wanita.
“Ikut gue!” tiba-tiba
aja dia menghentikan lamunanku…., menarik tangan ku..
“Foto berdua yuk... Yah,
walaupun gue tau hasilnya bakalan jelek…” ejek
Joshi.
“Rasain nih…” sebuah cubitan mendarat di pinggangnya.
“Aduh…!” rintihnya. Setelah berlama-lama
di sana, kami pun memutuskan untuk
pulang.
***
“Ki, gue balik dulu ya…,” pamit Joshi ketika sampai di rumahku.
“Joshi……. Hati-hati, ya…..” ucapku.
“Iya, cantik….”
***
23 Agustus…
2 minggu setelah hari
ulang tahunku.
Ketika jam istirahat di
sekolah,
“Assalammu’alaikum…” salamku ketika menerima sebuah panggilan
dari no. asing.
“Wa’alaikumsalam… Benar
ini dengan Kiki?” tanya seseorang yang dari suaranya itu wanita.
“Iya. Ini
siapa ya?” tanyaku kemudian.
“Sebelumnya maaf ganggu kamu, aku Dila.”
“Dila siapa?”
“Aku adik angkat Aa’
Ichal. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan dengan kamu.”
“Tentang?”
“Tentang kamu dengan Aa” jawab wanita di telepon itu.
“Tentang kamu dengan Aa” jawab wanita di telepon itu.
“Apa hari ini kita bisa ketemu?”
“Di mana? Hari ini
aku sekolah.”
“Gimana kalau di sekolah kamu. Sepulang sekolah nanti?”
“Oke,” sanggupku. Jujur aku penasaran dengan orang
yang mengaku bernama Dila itu. Karena setau aku, Kak Ichal nggak punya adik, dan dia juga nggak pernah cerita
soal Dila, adik angkatnya.
“Nanti kamu pulang jam
berapa, Ki?”
“Aku pulang jam
setengah tiga.”
“Maaf ya,
sebelumnya udah ganggu
kamu. Makasih ya, Ki, atas waktunya... Wassalamu’alaikum.”
“Wa’alikumsalam..”
***
Jam pulang sekolah di
depan gerbang hotel milik sekolahku…
“Dila,” ucap wanita cantik berkerudung yang
duduk di sampingku ini. Sambil menjabat tanganku.
“Kiki.”
“Kamu manis…” ucap
wanita yang kira–kira seusia Kak Ichal itu, “Sebelumnya maaf, aku udah bohongin kamu..”
“Maksudnya?” tanyaku nggak ngerti maksud dia.
“Aku bukan adik angkat Aa.”
“Kalau gitu mbak ini siapa?”
“Aku calon istri Aa’, Ki…” ucap wanita itu sambil menggenggam
tanganku. Aku nggak tau harus ngomong apa. Apa ini bukan
sebuah kebohongan? Kenapa wanita ini tiba tiba datang dan bilang hal ini ke aku, apa sebenarnya maksud dia.
“Mungkin kamu nggak percaya dengan pernyataanku ini.
Tapi inilah kenyataannya, Ki... Aku nggak tau seberapa
besar cinta kamu ke Aa’, tapi aku mohon…. Lepaskan dia…”
“Aku mohon…..” aku melihat air matanya keluar..
***
Tak berapa lama setelah
wanita itu pergi, Kak Ichal datang menjemputku. Aku masih berusaha
menyembuyikan hal tadi...
Sesampainya di rumah….
“Kak Ichal... ”
“Ya…”
“Ada hubungan apa kamu sama wanita yang bernama Dila?”
“Sepertinya kamu udah
tahu banyak… Dia calon istri aku….” jawab Kak Ichal dengan tegas.
“Jadi, semua
itu bener… Kenapa kamu masih bisa setenang ini, setelah kamu
bohongin aku…”
“Karena aku nggak
pernah bohongin kamu... Aku
benar mencintai kamu…, apa kamu belum sadar itu..?” ucapnya sambil memelukku. Kamu pikir apa yang membuat aku bertahan selama ini bersama kamu, Kak, kalau
bukan karena cinta. Tapi kenapa kamu
sakiti aku, setelah kamu buat aku mencintai kamu…
“Aku mohon… Sudahi semua ini. Sebelum
aku terlalu sakit atas perasaan ini… Lanjutkan
langkah kamu, Kak, demi Bundamu… Mungkin Dila, wanita pilihan Bunda Salma, adalah orang yang tepat untuk kamu. Aku nggak mau kamu menjadi durhaka karena aku, aku
ikhlas…” ucapku tak kuasa menahan air
mata ini..
“Ya Allah… Kenapa kamu hadapkan aku pada keadaan seperti ini… Aku sangat mencintai wanita ini,” ucap Kak Ichal. Aku merasakan
setiap tetes air matanya yang jatuh di pundakku.
“Pulanglah, Kak…..” pintaku
“Aku mencintai kamu… Maafkan aku atas semua ini….” ucapnya ketika mencium keningku. Baru kali ini aku melihatnya
menangis. Jangan menangis
sayang, karena tangisanmu akan membuatku semakin berat melepasmu…
Segala sesuatu yang bukan milikku, suatu saat akan kembali pada
pemiliknya… Begitu pula dirimu, mungkin kamu tercipta bukan
untuk aku.....
***
29 Agustus…..
“Aku jadi ngerasa
bersalah atas kejadian ini. Merasa bersalah karna mencintai orang yang
seharusnya nggak aku cintai…” ucapku
seusai menceritakan apa yang aku alami saat itu.
“Kenapa harus merasa
bersalah? Nggak ada yang salah dalam kejadian ini…. Elo nggak salah karena mencintai dia, begitupun dia…. Memang itulah
cinta... Kadang kita dibuat buta olehnya… Nggak peduli
siapa yang kita cintai dan mengapa kita mencintai… Ini manusiawi, Ki…. Itu
juga yang gue rasain… Gue nggak
peduli lo mencintai siapa, dan dengan siapa lo saat ini, tapi gue nggak bisa
mengelak atas perasaan ini,” ucap Joshi tanpa memandangku sedikitpun.
Ia terus berdiri memotret apa yang ada di depannya. Sedang aku hanya dapat duduk terdiam tanpa berkata sepatah
katapun.
“Yuk pulang!” ajaknya
sambil menggandeng tangan ini meninggalkan Benteng Vredenburg.
Maafin aku, Josh, walaupun aku tau minggu depan Kak Ichal menikah, tapi
jujur aku belum bisa menghapus dirinya dari hati aku… Aku masih mencintainya….
***
Setahun kemudian,
tepatnya tanggal 11 Agustus, ketika hari ulang tahunku…..
“Happy birthday ya, sayang…..” ucap mamah saat memeluku dan
menciumku.. ketika kami sedang duduk di sofa ruang tamu.
“I LOVE you, Mam….” bisiku di telinga mamahku. Wanita yang
masih tetap terlihat cantik walaupun
telah berumur itu. Satu-satunya
orang yang amat aku sayang. Wanita yang selalu ada untuku di saat
apapun. Wanita yang dapat menghidupiku sampai saat ini walaupun tanpa seorang ayah.
“Apa keinginan kamu
sayang?”
“Kiki pengen membuat
mamah bahagia hidup bersama Kiki, Kiki pengen kuliah Kiki lancar, Kiki pengen apa yang Kiki cita-citakan terwujud…”
“Nggak mau punya
pendamping?”
“Mau…” jawabku manja.
“Kayak Ichal?” tanya mamah menggoda.
“Mamah apaan sich… Jangan ngomongin suami orang ah…”
“Ada yang nyari kamu
tuch…!” kata mamah sambil menunjuk ke arah luar rumah.
“Siapa?” tanyaku
penasaran.
“Lihat aja sendiri,”
suruh mamah.
Aku segera melangkah
keluar rumah. Betapa
terkejutnya aku ketika melihat sosok pria di hadapanku…
“Kak Ichal….” dia
pun tersenyum manis seperti biasanya,
dan berucap, “Maukah kamu menikah
dengan saya…”
“Gimana dengan Dila? Bukankah dia adalah istri Kak Ichal?”
“Dia memang telah menjadi seorang istri, tapi bukan istri Ichal sayang…” mamah menjawab.
“Mamah tau dari mana?”
“Bunda Salma yang
cerita ke Mamah.”
“Saya berhak menentukan
hidup saya dan pilihan saya. Tanpa campur tangan orang lain. Dan kamu adalah pilihan saya. Sekali lagi, maukah kamu menikah
dengan saya?” ucap Kak Ichal dengan
bahasanya yang menurutku sangat formal itu.
“Nggak…” Seketika
itu kulihat ekspresi wajahnya berubah. ”Aku
nggak akan mau kalau bukan dengan kamu, Kak...”
Ucapku sambil melangkah
mendekat dan memeluknya… Begitupula dengannya.
Ia pun memelukku dan berbisk
di telingaku, ”Aku mencintai
kamu.”
“Love you, too..” ucapku tak kuasa
menahan air mata bahagia ini.
“Semoga Allah menjadikanmu
istriku untuk saat ini dan ketika di surga nantinya…”
“Amien. Tapi tunggu aku
wisuda dulu ya…” Hehe…
“Aku akan nunggu kamu.” Aku nggak
bisa mendeskripsikan apa yang aku rasakan saat ini, yang jelas aku tau inilah yang namanya cinta.
“Aku tercipta bukan
dari tulang kepalamu,
Karena aku tercipta bukan tuk menjadi pemimpinmu..
Aku tercipta bukan dari tulang kakimu,
Karena aku tercipta bukan
tuk jadi budakmu…
Tapi aku tercipta dari tulang rusukmu,
Karena aku tercipta tuk
selalu dekat di hatimu..
Wahai Adamku…..”
Wulan Dwi Agustina
XII BB 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar