|
MENGGAPAI IMPIAN
P
|
ada suatu hari,
di sebuah desa terpencil, tinggallah seorang anak bersama dengan ayahnya. Anak
itu bernama Yono, dan ayahnya bernama Suwiyo. Yono adalah anak yang pandai. Ia
kelas IX di SMP 1 Mijen. Ayahnya bekerja sebagai tukang sampah. Mereka tinggal
dengan keadaan ekonomi yang kurang. Setiap hari setelah pulang sekolah, Yono
membantu ayahnya mengambil sampah di sekitar rumahnya.
Suatu pagi, pada saat sekolah mengadakan upacara memperingati 17 Agustus
yang ke-65 tahun kemerdekaan
Indonesia. Saat itu, ketika Yono akan pergi ke sekolah, ia berpamitan kepada
ayahnya. Setelah itu Yono pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Di
tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba turun hujan dengan derasnya. Yono sangat
terkejut, “Astagfirullah.” Ia
pun berjalan kaki dengan cepat agar tidak kehujanan. Tetapi Yono yang berangkat
ke sekolah melewati jalan yang becek dan berlubang. Ia pun terppeleset,
“Aduh..”, ia pun bangun dengan baju seragamnya yang kotor penuh lumpur. Karena
ia pantang menyerah, dan berniat untuk tetap menjadi petugas upacara bendera.
Yono pun tetap berjalan kaki pergi ke sekolah, dengan keadaan seragam kotor ia
tetap bersemangat.
Sesampainya Yono di
sekolah, semua teman-temannya menertawakannya, tetapi ia tetap tegar dan sabar.
Ia langsung menuju kamar mandi di sekolahnya untuk membersihkan lumpur yang
menempel di seragamnya itu.
Setelah selesai Yono langsung menemui bapak kepala sekolah untuk
mengizinkannya, untuk tetap menjadi petugas upacara bendera.
Yono :
“Selamat pagi, Pak”
Bapak Kepala Sekolah :
“Selamat pagi, Nak”
Yono :
“Pak, saya Yono kelas IX. Saya ingin meminta izin untuk tetap menjadi petugas
upacara bendera, walaupun baju seragam saya kotor. Sebelumnya saya meminta
maaf, karena tadi di jalan saya terpeleset sehingga seragam saya kotor”.
Bapak Kepala Sekolah : “Hmm,,,baiklah
kalau begitu bapak akan mengizinkan kamu untuk tetap menjadi petugas upacara bendera, tetapi sementara
kamu, bapak pinjamkan seragam untuk menjadi petugas agar lebih sopan dan rapi”.
Yono : “Terimakasih, Pak. Selamat pagi.”
Bapak Kepala Sekolah : “Sama-sama, Nak. Selamat pagi.”
Setelah itu Yono segera
mengganti seragamnya dengan seragam yang dipinjamkan oleh Bapak Kepala Sekolah.
Setelah Yono mendapatkan izin dari Bapak Kepala Sekolah, ia pun bergegas menuju ke lapangan, dan bersiap untuk
menjadi petugas upacara
bendera. Ia pun mengikuti dan menjalankan tugasnya dengan khusyuk. Di dalam
hati, Yono berkata “ Ya, Allah, terima kasih
atas kenikmatan yang engkau berikan, sehingga pada pagi hari ini saya masih
tetap diberikan kesehatan, sehingga saya masih bisa menjadi petugas upacara
bendera memperingati 17 Agustus yang ke-65 tahun, karena dari dulu saya ingin menjadi petugas upacara
bendera pada saat memperingati 17 Agustus. Ternyata di tahun ini, saya dapat
merasakan menjadi petugas”.
Di situlah ayahnya terharu dan mengatakan, “ Nak, keterbatasan seseorang
itu tidak menjadi penghalang
bagi kita untuk tetap berusaha dan berdoa menghadapi kehidupan ini, karena
keterbatasan dalam ekonomi tidak mengubah kemungkinan untuk mempunyai impian
menjadi petugas upacara bendera seperti kamu sekarang ini. Karena tidak hanya
orang yang mempunyai keluarga yang ekonominya berkecukupan saja , belum tentu
orang itu diberikan kesempatan seperti kamu, Nak. Jadi, kamu jangan pernah membeda-bedakan seseorang
dari segi ekonomi keluarga saja.”
Yono berkata “ Baiklah, Yah, saya akan mengingat amanat yang diberikan
ayah kepada saya.” Ayah
berkata, “Iya anakku, kamu jangan pernah malu dengan keadaan kita ini, kamu
harus bersemangat dan tekun mencari ilmu, apabila kamu ingin mengubah keadaan
keluarga kita.”
Saat itu, Ayah dan Yono
pun saling berpelukan terharu. Itulah Yono seorang anak yang mempunyai impian
dari dulu tetapi tahun ini, semua impiannya tercapai pada saat hari kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus yang ke-65
tahun. Ayahnya pun senang, karena perjuangan Yono tidak sia-sia. Apabila ada
kemauan pasti ada jalan.
Feda Syammastika
X
Jasa Boga 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar