Sabtu, 14 Januari 2012

Cepen Siswa SMK N 6 Yogyakarta X (KKN 2010)


 
Cerpen Kesepuluh
Kabut Jalan Impianku

T
ak ada salah dan bawaan ini akan kusampaikan mati. Bawaan yang telah ada sejak aku belum dilahirkan, bawaan yang membawa sperma A bertemu kromosom B yang tidak sempurna. Mereka bersatu membentuk zigot, kehidupan yang telah mempunyai takdir. Sebut saja namaku “Dara”. Sejak aku duduk di bangku sekolah aku sudah menonjol di bidang akademik. Prestasiku adalah cahaya bagi kedua orang tuaku, untuk memiliki masa depan yang lebih baik.
Semua bermula ketika aku duduk di bangku SMP. Sejak saat itu waktu dan hari-hariku hanya tertuju pada bidang akademik saja, aku banyak mengorbankan waktu bermainku hanya untuk belajar dan belajar. Tak seperti kebanyakan anak-anak yang lainnya, di saat mereka sedang asyik bermain, aku justru tengah sibuk berpikir dan belajar, untuk mewujudkan impian-impian kedua orang tuaku.
Menjadi tumpuan harapan bagi kedua orang tuaku, membuatku tak mempunyai pilihan lain selain mewujudkan impian mereka. Namun semua itu kini luluh lantak bagai gunung pasir yang tersapu ombak. Bukan lantaran aku malas, tidak pandai, atau orang tua tidak memberikan dukungan, bukan! Tapi masa depanku hancur karena takdir yang telah tertulis sejak aku masih di dalam kandungan.
Dan detik-detik kegagalanku dimulai, semua bermula setelah aku lulus dari SMA N di kota. Aku lulus dengan hasil yang memuaskan, semua itu semakin memantapkan hatiku untuk mewujudkan impian kedua orang tuaku. Ditambahkan lagi aku mendapatkan beasiswa setiap tahunnya selama 4 tahun, dengan syarat harus kuliah di PTN pada tahun pertama. Semua itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagiku dan keluarga besar kami.
“Nak, kau harus menjadi dokter, karena hanya itu profesi yang bapak rasa cocok untukmu. Kelak bila bapak sudah tua dan sakit-sakitan, alangkah bahagianya bila bisa berobat dengan anak kandung sendiri!” kata bapak. “Iya, Pak, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan impian bapak,” sahutku.
Aku tersenyum mendengarnya, begitu besar pengorbanan bapak untukku. Untuk mewujudkan impianku, ia rela mengorbankan separuh uang pension yang diterimanya untuk membiayai pendidikanku. Aku berusaha keras untuk diterima di PTN. Aku tak mau bapak berhutang, pinjam uang, atau jual tanah untuk membayar uang masuk FK di PTS. Aku sadar diri mengingat latar belakang keluargaku yang tak mampu.
Saat itu mereka memohon agar aku masuk FK saja, meskipun sudah aku jelaskan betapa resikonya pilihan itu, dan begitu besar biayanya. Namun, hati anak mana yang tak luluh, hati anak mana yang tak tersentuh melihat permohonan dari kedua orang tuanya. Dengan berat hati aku menerima keinginan mereka, sambil berdoa semoga pilihan kedua orang tuaku itu membawa berkah.
Sampai tiba pengumuman SMNPTN 1, aku lulus di fakultas kedokteran di sebuah universitas di daerahku. Aku menangis dalam sujudku, lalu mencium kaki ibu dan bapakku. Tiba saatnya aku menjalani tes kesehatan termasuk tes ishihara. Di sinilah mataku dan bapakku kian terbuka melihat apa yang ada di hadapan.
“Adik tidak lulus di mata kuliah Mikrobiologi dan Sitologi..” kata dokter.
Memangnya apa yang terjadi dengan diri saya, dokter?” sahutku sambil terkejut.
“Adik mengalami kelainan pada mata yang sering dikenal dengan sebutan Partial Colour Blindess..”
Telah lelah kami berjuang, namun takdir berkata lain. Terlalu berisiko melanjutkan perjuangan ini, akhirnya kami menyerah. Bapak menangis bagai maghligai pasir yang lantak dilamun ombak saat pasang menjelang. Tubuhku serasa di neraka, air mataku mengalir deras berusaha memadamkan api neraka, tenggorokanku terasa meneguk air paling pahit yang pernah tercipta.
Perasaanku bercampur aduk, sedih, putus asa, menyesal. “Jangan menangis, Bapak..” kataku dalam hati. Selama kiamat belum datang, selama nyawa masih dikandung badan, akan sabar kutunggu takdir berubah. Kalau gelapku hanya sekejap gerhana, kalau matahariku kembali benderang, jangankan istana, seluruh samudraku dan benuaku untukmu.

                                                  Isti Winarni
  XI Busana Butik 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar