Senin, 16 Januari 2012

Apa itu Psikolinguistik?


  1. Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan bahasa dan perolehan bahasa oleh manusia. Penggunaan bahasa itu mencakup dua aspek yaitu perolehan yang menyangkut bagaimana seorang anak belajar bahasa, yang kedua adalah penggunaan bahasa oleh orang dewasa normal.
Ada 3 ruang lingkup dalam psikolinguistik, yaitu.
a.       Psikolinguistik umum (General)  yang mencakup tentang hal berikut.
·         persepsi (auditif dan visual) seperti mendengarkan, menulis, dan membaca,
·         kognitif (ingatan, berpikir, intuisi) misalnya verbal memory dan verbal thinking,
·         dan produksi (auditif visual) seperti berbicara dan menulis.
b.      Psikolinguistik perkembangan (Development) yang membahas tentang pemerolehan bahasa pertama (bahasa ibu) dan bahasa kedua seperti struktur kalimat dan belajar membaca interferensi.
c.       Psikolingistik terapan (Applied) yang dibahas secara umum dan perkembangannya mengenai normal atau menyimpang.

  1. Psikolinguistik dan pemerolehan bahasa memiliki hubungan yang erat karena pemerolehan dan perkembangan bahasa tersebut sejalan dengan perkembangan kognitif, motorik/ fisik seseorang. beberapa teori mengenai perolehan bahasa pada bayi dan balita yang bersumber pada perkembangan psikologi yang bersifat natur dan nurtur. Natur adalah aliran yang meyakini bahwa kemampuan manusia adalah bawaan sejak lahir. Pihak yang mempercayai kekuatan nurtur dalam perolehan bahasa berargumen bahwa bayi dan balita memperoleh bahasa karena terbiasa pada bahasa ibu.
Psikolinguistik juga berhubungan erat dengan pembelajaran bahasa yaitu model pembelajaran yang dipilih. Hal itu terkait dengan mempelajari psikologi, kemudian memunculkan aliran psikolinguistik. Model pembalajaran tersebut bias berupa komunikatif fungsional, interaktif konvergensi, atau kontrustivism.

  1. Apabila ada input dalam bentuk lisan, contohnya “Telpon berbunyi”, bunyi itu kemudian ditanggapi oleh lobe temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran, input itu diolah secara rinci. Hasil olahan itu kemudian dikirim ke daerah Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah itu bunyi dipilah menjadi suku kata, kata, frasa, klausa dan kalimat. Setelah diberi makna maka akan dapat dipahami. Apabila input tadi berupa informasi yang tidak perlu ditanggapi, cukup disimpan saja. Tetapi jika informasi tersebut memerlukan tanggapan secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke broca. Broca kemudian memerintahkan motor korteks untuk melaksanakannya yaitu mengangkat telpon tersebut.

  1. Dalam penguasaan makna, anak-anak memiliki beberapa strategi yaitu.
a.       Strategi referensi yaitu kata pasti merujuk pada suatu benda, perbuatan, atau atribut. Contohnya kata kursi merujuk pada benda yang dirujuk oleh kata itu
b.      Strategi cakupan objek yaitu kata tidak hanya merujuk sebagian, tapi keseluruhan. Seperti kata sepeda merujuk seluruh sepeda, bukan hanya ban atau roda saja.
c.       Strategi perluasan yaitu kata tidak hanya merujuk pada satu objek, tetapi juga objek lain dalam kelompok yang sama. Kucing berwarna hitam, jika ada kucing lain berwarna putih, dia akan memahami.
d.      Cakupan kategorial yaitu kata dapat diperluas untuk kategori yang sama. Contohnya beo dan perkutut berkategori sebagai burung.
e.       Strategi nama baru untuk konsep yang baru.
f.       Strategi konvensional dengan penggunaan kata yang tidak terlalu umum dan tidak terlalu khusus.

Dalam memahami makna tersebut, anak memiliki peluang kesalahan dengan perbedaan derajat kesukaran. Anak lebih mudah memahami kata kongkret daripada kata abstrak. Contoh kata ayam daripada kata agama. Selain itu juga pada penggunaan kata yang mengandung makna relatif.

  1. Kajian psikolinguistik bersifat sinkronik dan diakronik. Kajian secara sinkronik ialah mempelajari struktur bahasa pada saat yang khusus. Contohnya kita mempelajari bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang dalam berkomunikasi yang secara umum sangat sistematis. Sedangkan kajian diakronis adalah mempelajari satu atau dua bahasa pada dua waktu yang berbeda. Contohnya struktur bahasa Indonesia pada zaman Belanda berbeda dengan zaman sekarang.
  1. Dalam kasus tersebut, ia menderita Afasia Wernicke. Letak keusakan ada pada daerah Wernicke, bagian agak ke belakang dari lobe temporal. Korteks-korteks lain yang berdekatan juga bias ikut kena. Penderita afasia ini lancer dalam berbicara, dan bentuk sintaksisnya cukup baik. Hanya saja, kalimat-kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok maknanya dengan kata lain sebelum dan sesudahnya. Penyebabnya adalah penderita afasis sering keliru dalam memilih kata. Penderita ini mengalami gangguan dalam komprehensi lisan. Dia tidak mudah memahami apa yang didengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar