Senin, 12 Desember 2011

Unsur Retorika "Puisi Rayap" karya Emha Ainun Nadjib


Pembahasan tentang retorika berhubungan dengan pemajasan, penyiasatan struktur, dan pencitraan. Berikut kajian retorika yang disajikan per bait dalam puisi Puisi Rayap.

1
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini
Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd
Susah dirumuskan, apalagi dibereskan
Duh aduh, ini salah awalnya atau gimana
Atau karena badan kita ini terlalu besar
Sementara jiwa kita agak kerdil
Suka amat kita ini omong kosong
Besar kepala, ilmu kita tidak seberapa
Tapi hati kita takabur, takabur, takabur
Kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci
Tapi diam-diam kita tahu
bahwa itu semua akan kita langgar sendiri

  1. Pemajasan
Pemajasan yang terdapat pada bagian pertama Puisi Rayap adalah simile dan personifikasi. Berikut merupakan bukti pemajasan tersebut.
1)      Simile
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini/ Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd/ Susah dirumuskan, apalagi dibereskan/

Kata “kayak”merupakan penandanya. Kata tersebut sepadan dengan seperi, bagaikan, umpama, laksana, dan bak yang merupakan kata-kata pembanding dalam simile.

2)      Personifikasi
Sementara jiwa kita agak kerdil/

Kata “kerdil” biasanya digunakan untuk menyebutkan ukuran tubuh manusia, kini digunakan untuk menyebut jiwa manusia. Kata “jiwa” merujuk pada pengertian rohani sehingga munculnya kata tersebut dapat digolongkan kepada bentuk personifikasi.

  1. Penyiasatan Struktur
a)      Paralelisme
Penyiasatan struktur yang terdapat pada bagian pertama Puisi Rayap ini salah satunya adalah paralelisme. Bentuk keparalelan yang ada terletak pada baris kedua dan ketiga. Kata-kata berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd, susah dirumuskan, apalagi dibereskan membentuk sebuah frasa yang menjelaskan situasi kacau yang diungkapkan penyair, seperti dalam kutipan berikut.
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini/Berantakan,serabutan, ruwet, buntu, absurd/ Susah dirumuskan, apalagi dibereskan/

b)      Repetisi
Selain paralelisme, penyiasatan struktur yang ada pada bagian pertama ini adalah repetisi. Pengulangan terdapat pada baris ke sembilan.
Tapi hati kita takabur, takabur, takabur/

Penggunaan kata “takabur” hingga tiga kali bertujuan sebagai penekanan.

c)      Pertanyaan retoris
Penyiasatan struktur dengan pertanyaan retoris dapat dilihat pada baris pertama dan beberapa baris lainnya.
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini/ Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd/ Susah dirumuskan, apalagi dibereskan/
……………..
Duh aduh, ini salah awalnya atau gimana/

  1. Pencitraan
Pencitraan yang paling banyak digunakan dalam puisi bagian pertama ini adalah citraan penglihatan (visual imagery) yang memberi rangsangan pada indra penglihatan sehingga hal-hal yang tak terlihat seolah-olah dapat dilihat jelas. Selain itu juga terdapat citraan gerak. Citraan penglihatan terdapat pada kutipan berikut ini.
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini/Berantakan,serabutan, ruwet, buntu, absurd/ Susah dirumuskan, apalagi dibereskan/




Hal itu juga terdapat pada:
atau karena badan kita ini terlalu besar/

Sedangkan citraan gerak terdapat pada kalimat berikut.
Kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci/



2
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah
Tapi keropos
Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap
Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri
Temboknya bocor-bocor
Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain
Ada yang tahu bagaimana mengatasi
Soal-soal yang bikin sendiri ini?
Kayaknya kita harus menunggu
Irama pembusukan ini selesai

1.      Pemajasan
Pemajasan yang terdapat pada bagian kedua Puisi Rayap adalah metafora dan tautologi. Berikut merupakan bukti pemajasan tersebut.
a)      Metafora
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah/ Tapi keropos/ Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap/ Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri/ Temboknya bocor-bocor/ Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain/

Frasa “bangunan rumah kita” adalah metafora dari Negara atau perangkat sistem nilai. Kata “megah” memiliki makna baik secara jasmani, kemudian dikontraskan dengan pernyataan “tapi kropos”. Secara tersirat dapat dimaknai bahwa kebaikan yang ada hanyalah sebuah topeng yang menyembunyikan keburukan di dalamnya.
Ada yang tahu bagaimana mengatasi/ Soal-soal yang bikin sendiri ini?/ Kayaknya kita harus menunggu/ Irama pembusukan ini selesai/

Frasa “soal-soal yang kita bikin sendiri” bermakna kesalahan atau kekeliruan missal yang belum disadari bangsa apalagi untuk diatasi. Kekeliruan itu diumpamakan sebagai “Irama pembusukan”.


b)      Tautologi
Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap/ Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri/

Kata ulang “rayap-rayap” disampaikan penyair sampai dua kali. Hal itu sebagai bentuk penekanan. Contoh lain pada kalimat:
temboknya bocor-bocor/ kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain/

2.      Penyiasatan Struktur
d)     Enumerasi
Penyiasatan struktur yang ada dalam bagian puisi adalah enumerasi. Penyiasatan struktur ini digunakan untuk menguatkan suatu keadaan atau pernyataan dan memberikan intensitas pada puisinya. Hal itu terdapat pada kutipan berikut.
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah/ Tapi keropos/ Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap/ Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri/ Temboknya bocor-bocor/ Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain/

e)      Pertanyaan retoris
Pertanyaan retoris muncul pada baris ketujuh dan kedelapan dari puisi tersebut. Berikut ini merupakan wujud pertanyaan retoris dalam puisi bait kedua.
Ada yang tahu bagaimana mengatasi/ Soal-soal yang bikin sendiri ini?/


3.      Pencitraan
Citraan yang terdapat pada bagian kedua ini adalah citraan penglihatan dan citraan gerak. Citraan penglihatan mendominasi pada bait ini. Citraan penglihatan dapat dilihat pada kutipan berikut.
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah/ Tapi keropos/ Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap/
…………………………….
Temboknya bocor-bocor/ Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain/

Citraan gerak terdapat pada kutipan berikut ini.
Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap/ Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri/ Temboknya bocor-bocor/ Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain/ Ada yang tahu bagaimana mengatasi/ soal-soal yang bikin sendiri ini?/ Kayaknya kita harus menunggu/

3
Duh, aduh, kena sampeyan sekarang
Semua jadi susah
Sampeyan sih kenceng melulu
Tegang, nabrak-nabrak
Membentur-benturkan kepala
Duh aduh, semua jadi berantakan
Sampeyan berlaku sebagai besi
Jadi gampang dipatahkan
Sampeyan batu sih, jadi gampang dipecah
Mestinya sampeyan lentur, pegas
Mesipun tetap bisa dibakar
Atau menjelmalah air
Air tak bisa dilukai
Air tak bisa ditusuk
Air menghibur api, ia menguap
Tetapi kemudian cair kembali
Tapi kalau kemudian air dibendung
Cobalah menjelma udara
Kalau udara disedot
Maka jadilah gelombang
Dan kalau gelombang disadap
Maka jadilah ruh
Ruh ke sana ke mari menjadi cahaya
Cahaya menelusuri ke mana saja
Untuk mengubah kegelapan
Kadang-kadang sampeyan sudah benar
Tapi belum baik
Di saat lain, sampeyan sebenarnya sudah baik
Tapi belum benar

1.      Pemajasan
Pemajasan yang terdapat pada bagian ketiga Puisi Rayap adalah metafora dan tautologi. Berikut merupakan bukti pemajasan tersebut.
a)      Simile
Majas simile terdapt pada baris ketujuh. Majas itu dalam puisi bagian ketiga ini ditandai dengan pemakaian kata “sebagai”. Perhatikan kutipan berikut.
Sampeyan berlaku sebagai besi/ Jadi gampang dipatahkan/

b)      Metafora
Pada baris ke-9 sampai ke-11 mengandung majas metafora. Selain itu majas metafora juga terdapat pada baris ke-12, 17 & 18, 19 & 20, dan 21 & 22. Pada baris-baris tersebut terdapat perbandingan tidak langsung.
Sampeyan batu sih, jadi gampang dipecah/ Mestinya sampeyan lentur, pegas/ Atau menjelmalah air/
…………………………………….
Kalau udara disedot/ Maka jadilah gelombang/
Dan kalau gelombang disadap/ Maka jadilah ruh/
Tapi kalau kemudian air dibendung/ Cobalah menjelma udara/


c)      Personifikasi
Majas personifikasi pada bait ini terdapat pada baris ke-13 sampai ke-15. Pada baris tersebut diungkapkan hal-hal yang bersifat seolah-olah seperti manusia.
Air tak bisa dilukai/ Air tak bisa ditusuk/ Air menghibur api, ia menguap/

2.      Penyiasatan Struktur
a)      Repetisi
Salah satu penyiasatan struktur yang terdapat dalam puisi ini adalah repetisi. Repetisi berguna untuk memberikan penekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi pada bagian ketiga ini terdapat pada baris kedelapan dan sembilan. Selain itu juga terdapat pada baris 1, 3, 7, 9, 10, 26 dan 28. Repetisi tampak pada kata “sampeyan”.
Duh, aduh, kena sampeyan sekarang/ Semua jadi susah/
Sampeyan sih kenceng melulu/ Tegang, nabrak-nabrak/ Membentur-benturkan kepala/
Duh aduh, semua jadi berantakan/ Sampeyan berlaku sebagai besi/ Jadi gampang dipatahkan/ Sampeyan batu sih, jadi gampang dipecah/ Mestinya sampeyan lentur, pegas/ Mesipun tetap bisa dibakar/
………………………
Kalau udara disedot/ Maka jadilah gelombang/ Kadang-kadang sampeyan sudah benar/ Tapi belum baik/
Di saat lain, sampeyan sebenarnya sudah baik/ Tapi belum benar/
………………………
Dan kalau gelombang disadap/ Maka jadilah ruh/ Ruh ke sana ke mari menjadi cahaya/ Cahaya menelusuri ke mana saja/ Untuk mengubah kegelapan/

b)      Anafora
Penyiasatan struktur dengan anaphora terdapat pada baris ke-13 sampai ke-15.
Air tak bisa dilukai/ Air tak bisa ditusuk/ Air menghibur api, ia menguap/

c)      Enumerasi
Duh, aduh, kena sampeyan sekarang/ Semua jadi susah/ Sampeyan sih kenceng melulu/ Tegang, nabrak-nabrak/ Membentur-benturkan kepala/ Duh aduh, semua jadi berantakan/ Sampeyan berlaku sebagai besi/ Jadi gampang dipatahkan/ Sampeyan batu sih, jadi gampang dipecah/ Mestinya sampeyan lentur, pegas/ Mesipun tetap bisa dibakar/ Atau menjelmalah air/ Air tak bisa dilukai/ Air tak bisa ditusuk/ Air menghibur api, ia menguap/ Tetapi kemudian cair kembali/ Tapi kalau kemudian air dibendung/ Cobalah menjelma udara/ Kalau udara disedot/ Maka jadilah gelombang/ Dan kalau gelombang disadap/ Maka jadilah ruh/ Ruh ke sana ke mari menjadi cahaya/ Cahaya menelusuri ke mana saja/ Untuk mengubah kegelapan/ Kadang-kadang sampeyan sudah benar/ Tapi belum baik/ Di saat lain, sampeyan sebenarnya sudah baik/Tapi belum benar/

4.      Pencitraan
Pada bagian ketiga ini, pencitraan hampir sama dengan dua bait sebelumnya. Citraan yang ada pada bagian ini adalah citraan penglihatan dan citraan gerak. Citraan penglihatan dapat dilihat pada baris keenam. Sedangkan citraan gerak dapat dilihat pada baris ke-3, 4, dan 5 serta ke-23 dan 24.
Duh aduh, semua jadi berantakan/ (baris 6)
………….
Sampeyan sih kenceng melulu/ Tegang, nabrak-nabrak/ Membentur benturkan kepala/ Ruh ke sana ke mari menjadi cahaya/ Cahaya menelusuri ke mana saja/
4
Duh aduh, kalau saudara-saudaraku
Pada suatu saat bisa menentramkan jiwanya
Merendahkan nafsu dunianya
Memedamkan api ambisinya
Serta merohaniahkan pribadiannya
Maka engkau memanggil mereka
Untuk kembali kepadaMu
Dan bergabung ke dalam
Kemesraan surgaMu.
a.       Pemajasan
Pemajasan dalam bait keempat ini menggunakan majas metonimia. Majas metonimia dapat ditemukan pada baris ketiga dan keempat seperti berikut.
Duh aduh, kalau saudara-saudaraku/ Pada suatu saat bisa menentramkan jiwanya/ Merendahkan nafsu dunianya/ Memedamkan api ambisinya/
b.      Penyiasatan Struktur
Pada bait keempat puisi Puisi Rayap ini memiliki gaya paralelisme. Paralelisme mensejajarkan beberapa frasa yang menduduki fungsi yang sama.
Duh aduh, kalau saudara-saudaraku/ Pada suatu saat bisa menentramkan jiwanya/ Merendahkan nafsu dunianya/ Memedamkan api ambisinya/ Serta merohaniahkan pribadiannya/
…………………

Maka engkau memanggil mereka/ Untuk kembali kepadaMu
…………………
Dan bergabung ke dalam/ Kemesraan surgaMu/

c.       Pencitraan
Pencitraan yang ada pada bait keempat ini adalah citraan gerak. Hal itu dapat dicermati pada kata-kata yang mengandung unsur gerak.
Duh aduh, kalau saudara-saudaraku/ Pada suatu saat bisa menentramkan jiwanya/ Merendahkan nafsu dunianya/ Memedamkan api ambisinya/ Serta merohaniahkan pribadiannya/ Maka engkau memanggil mereka/ Untuk kembali kepadaMu/Dan bergabung ke dalam/ Kemesraan surgaMu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar