Kamis, 08 Desember 2011

Stilistika dan Unsur-unsurnya


Stilistika (Stylistics) merujuk kepada pengertian studi tantang stile, kajian terhadap wujud kajian kebahasaan (Leech & Short dalam Nurgiyantoro, 2005: 279). Kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya, menentukan seberapa jauh dan dalam bahasa yang digunakan memperlihatkan penyimpangan, serta bagaimana penyair mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus. (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2005: 279).
1.      Fonologi
Hal-hal yang dikaji dalam fonologi adalah rima dan irama. Rima adalah bunyi yang berulang, baik di dalam maupun akhir baris. Aspek-aspek rima (Maman, 2005: 31-32) adalah asonansi (pengulangan bunyi vokal), aliterasi (pengulangan bunyi konsonan), rima dalam (pengulangan bunyi, baik asonansi maupun aliterasi, di dalam kata-kata dalam satu larik), rima akhir, rima rupa (pengulangan bunyi, baik vokal maupun konsonan yang bentuk grafisnya sama akan tetapi pelafalannya berbeda), rima identik (pengulangan kata yang sama), dan rima sempurna (bentuk pengulangan antara vokal dan konsonan).
Irama adalah paduan yang mengandung unsur melodis, baik alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan lemah-kuat. Irama timbul hanya pada wacana lisan puisi.

2.      Leksikal
Unsur leksikal yang membangun sebuah puisi mengacu pada penggunaan diksi atau pilihan kata oleh penyair. Bagaimana penyair menggunakan kata-kata yang dapat mewakili jalannya suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2005: 289), unsur leksikal sama pengertiannya dengan diksi, yaitu mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih penyair.

3.      Gramatikal
Menurut Nurgiyantoro (2005: 296), unsur gramatikal adalah unsur yang mengacu pada struktur kalimat. Unsur gramatikal merujuk pada pengertian struktur kalimat. Dalam menganalisis unsur gramatikal dapat dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu diarahkan kepada kompleksitas kalimat, jenis kalimat, dan jenis klausa dan frasa.
4.      Retorika
Retorika adalah suatu cara pengunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis. Sarana retorika terdiri atas berbagai macam unsur sebagai berikut.
  1. Pemajasan (figure of thought)
Pradopo (1987: 61-62) mengidentikkan pemajasan dengan bahasa kiasan. Bahasa kiasan mempersamakan sesuatu dengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas, menarik, dan hidup. Bentuk-bentuk pemajasan adalah sebagai berikut.
1)      Simile
Simile adalah bahasa kias yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti: bak, seperti, bagaikan, laksana, seumpama, dan ibarat.
2)      Metafora
Metafora adalah bahasa kias yang tidak menggunakan kata pembanding. Perbandingan diungkapkan secara langsung.
3)      Personifikasi
Personifikasi menyamakan benda-benda seolah bersifat seperti manusia.
4)      Metonimia
Metonimia adalah kiasan yang menyebut nama lain untuk suatu benda.
5)      Hiperbola
Hiperbola adalah bahasa kias yang melebih-lebihkan suatu hal.
6)      Sinekdoki
Sinekdoki merupakan bahasa kias menyebutkan suatu bagian untuk bagian penting suatu hal. Sinekdok ada dua, yaitu:
a)      Pars Pro toto, sebagian untuk seluruh,
b)      Totem Pro parte, keseluruhan untuk sebagian.
7)      Allegori
      Allegori ialah cerita kias yang menjelaskan satu hal dengan kejadian lain atau hal lain.
8)      Ironi
      Ironi merupakan gaya bahasa yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran.
9)      Paradoks
      Paradoks adalah sarana retorika yang menyatakan suatu hal yang berlawanan.
10)  Tautologi
      Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan hal dua kali agar lebih jalas.
11)  Pleonasme
      Pleonasme adalah yang serupa tautologi, tetapi yang pertama adalah penyimpul kedua.
12)  Retorik retisense
      Sarana ini menggunakan titik banyak untuk menggantikan perasaan yang tak terungkapkan.

  1. Penyiasatan Struktur
a)      Paralelisme
                                       Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama (Keraf, 1981: 126).
b)      Repetisi
                              Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 1991:127).
c)      Anafora
                              Abafora merupakan pengulangan kata-kata pada awal beberapa kalimat yang berurutan.
d)     Enumerasi
                              Enumerasi merupakan pemecahan suatu hal menjadi beberapa hal agar lebih jelas oleh pembaca atau pendengar.
e)      Pertanyaan retoris
                                       Pertanyaan retoris merupakan gaya yang menekankan pengungkapan dengan menampilan beberapa pertanyaan yang sebenarnya tidak menghendaki jawaban.

  1. Pencitraan
a)      Citraan penglihatan (visual imagery) adalah citraan yang hal yang tidak terlihat seolah terlihat.
b)      Citraan pendengaran (auditory imagery) dihasilkan dengan menyebutkan bunyi suara.
c)      Citraan rabaan dihasilkan dengan menyebutkan hal-hal yang merangsang daya hayal indra peraba.
d)     Citraan penciuman adalah citraan seolah mencium sesuatu yang di sebutkan.
e)      Citraan pengecapan adalah penyebutan hal-hal yang merangsang intuisi indra pengecapan.
f)       Citraan gerak (movement imagery) adalah menggambarkan suatu gerak atau tidak bergerak pada umumnya.

1 komentar: