Stilistika
(Stylistics) merujuk kepada
pengertian studi tantang stile,
kajian terhadap wujud kajian kebahasaan (Leech & Short dalam Nurgiyantoro,
2005: 279). Kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan antara
bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya, menentukan seberapa jauh dan dalam
bahasa yang digunakan memperlihatkan penyimpangan, serta bagaimana penyair
mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk memperoleh efek khusus. (Chapman
dalam Nurgiyantoro, 2005: 279).
1.
Fonologi
Hal-hal yang dikaji dalam fonologi adalah rima dan
irama. Rima adalah bunyi yang berulang, baik di dalam maupun akhir baris.
Aspek-aspek rima (Maman, 2005: 31-32) adalah asonansi (pengulangan bunyi
vokal), aliterasi (pengulangan bunyi konsonan), rima dalam (pengulangan bunyi,
baik asonansi maupun aliterasi, di dalam kata-kata dalam satu larik), rima
akhir, rima rupa (pengulangan bunyi, baik vokal maupun konsonan yang bentuk
grafisnya sama akan tetapi pelafalannya berbeda), rima identik (pengulangan
kata yang sama), dan rima sempurna (bentuk pengulangan antara vokal dan
konsonan).
Irama adalah paduan yang mengandung unsur melodis, baik
alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan lemah-kuat. Irama timbul
hanya pada wacana lisan puisi.
2.
Leksikal
Unsur leksikal yang membangun sebuah puisi mengacu pada
penggunaan diksi atau pilihan kata oleh penyair. Bagaimana penyair menggunakan
kata-kata yang dapat mewakili jalannya suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro
(2005: 289), unsur leksikal sama pengertiannya dengan diksi, yaitu mengacu pada
pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih penyair.
3.
Gramatikal
Menurut Nurgiyantoro (2005: 296), unsur gramatikal
adalah unsur yang mengacu pada struktur kalimat. Unsur gramatikal merujuk pada
pengertian struktur kalimat. Dalam menganalisis unsur gramatikal dapat dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu diarahkan kepada
kompleksitas kalimat, jenis kalimat, dan jenis klausa dan frasa.
4.
Retorika
Retorika adalah suatu cara pengunaan bahasa untuk
memperoleh efek estetis. Sarana retorika terdiri atas berbagai macam unsur
sebagai berikut.
- Pemajasan (figure of thought)
Pradopo (1987: 61-62) mengidentikkan pemajasan dengan bahasa
kiasan. Bahasa kiasan mempersamakan sesuatu dengan hal lain supaya gambaran
menjadi jelas, menarik, dan hidup. Bentuk-bentuk pemajasan adalah sebagai
berikut.
1)
Simile
Simile adalah bahasa kias yang menyamakan satu hal dengan
hal lain dengan menggunakan kata-kata pembanding seperti: bak, seperti,
bagaikan, laksana, seumpama, dan ibarat.
2)
Metafora
Metafora adalah bahasa kias yang tidak menggunakan kata
pembanding. Perbandingan diungkapkan secara langsung.
3)
Personifikasi
Personifikasi menyamakan benda-benda
seolah bersifat seperti manusia.
4)
Metonimia
Metonimia adalah
kiasan yang menyebut nama lain untuk suatu benda.
5)
Hiperbola
Hiperbola adalah
bahasa kias yang melebih-lebihkan suatu hal.
6)
Sinekdoki
Sinekdoki merupakan bahasa kias menyebutkan suatu
bagian untuk bagian penting suatu hal. Sinekdok ada dua, yaitu:
a)
Pars Pro toto, sebagian untuk seluruh,
b)
Totem Pro parte, keseluruhan untuk sebagian.
7)
Allegori
Allegori
ialah cerita kias yang menjelaskan satu hal dengan kejadian lain atau hal lain.
8)
Ironi
Ironi
merupakan gaya
bahasa yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran.
9)
Paradoks
Paradoks
adalah sarana retorika yang menyatakan suatu hal yang berlawanan.
10) Tautologi
Tautologi
adalah sarana retorika yang menyatakan hal dua kali agar lebih jalas.
11) Pleonasme
Pleonasme
adalah yang serupa tautologi, tetapi yang pertama adalah penyimpul kedua.
12) Retorik retisense
Sarana
ini menggunakan titik banyak untuk menggantikan perasaan yang tak terungkapkan.
- Penyiasatan Struktur
a)
Paralelisme
Paralelisme
adalah semacam gaya
bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau
frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama
(Keraf, 1981: 126).
b)
Repetisi
Repetisi
adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf,
1991:127).
c)
Anafora
Abafora
merupakan pengulangan kata-kata pada awal beberapa kalimat yang berurutan.
d)
Enumerasi
Enumerasi
merupakan pemecahan suatu hal menjadi beberapa hal agar lebih jelas oleh
pembaca atau pendengar.
e)
Pertanyaan retoris
Pertanyaan
retoris merupakan gaya
yang menekankan pengungkapan dengan menampilan beberapa pertanyaan yang
sebenarnya tidak menghendaki jawaban.
- Pencitraan
a)
Citraan penglihatan (visual imagery) adalah citraan yang hal yang tidak terlihat seolah
terlihat.
b)
Citraan pendengaran (auditory imagery) dihasilkan dengan menyebutkan bunyi suara.
c)
Citraan rabaan dihasilkan dengan menyebutkan hal-hal
yang merangsang daya hayal indra peraba.
d)
Citraan penciuman adalah citraan seolah mencium sesuatu
yang di sebutkan.
e)
Citraan pengecapan adalah penyebutan hal-hal yang
merangsang intuisi indra pengecapan.
f)
Citraan gerak (movement
imagery) adalah menggambarkan suatu gerak atau tidak bergerak pada umumnya.
Bisa tdk dicantumkan sumbernya?....
BalasHapus