Unsur gramatikal merujuk kepada pengertian struktur
kalimat. Sebuah gagasan dapat diungkapkan ke dalam berbagai bentuk kalimat yang
berbeda struktur dan kosa katanya. Unsur-unsur gramatikal yang ada dalam puisi
ini antara lain sebagai berikut.
a.
Kompleksitas Kalimat
Kalimat yang terdapat dalam puisi Puisi Rayap ini sacara keseluruhan merupakan kalimat sederhana
dengan rata-rata tujuh hingga delapan kata pada tiap kalimatnya. Namun, di
dalamnya ada kekompleksan struktur. Struktur yang digunakan penyair sangat
beragam. Pada beberapa bagian, ditemukan kalimat majemuk setara dan bertingkat.
Di bagian lain juga ditemukan kalimat sederhana. Pada bagian yang lain bahkan
ditemukan kalimat yang memiliki fungsi tidak lengkap.
Dilihat dari pemilihan kata (diksi), penyair menggunakan
kata-kata yang sudak akrab di telinga pembaca, bahkan beberapa di antaranya
merupakan kata-kata yang sering digunakan dalam dialog sehari-hari, misalnya
kata berantakan, rayap, dan suka amat. Walaupun demikian, beberapa
di antaranya juga terdapat kata-kata yang merupakan bagian dialek dari suatu
daerah, misalnya kata sampeyan
(merupakan dialek masyarakat Jawa Timur), dan kenceng (sering digunakan oleh masyarakat Jawa pada ummnya).
Beberapa istilah yang digunakan dalam puisi ini, misalnya kata takabur, absurd, dan ruh.
Sifat hubungan kalimat yang menonjol adalah hubungan
koordinatif. Hal ini dapat dijumpai pada beberapa kalimat di bawah ini.
§
Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd, susah dirumuskan, apalagi
dibereskan.
§
Suka amat kita ini omong kosong, besar kepala.
§
Tiang dan kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap.
§
Mestinya sampeyan lentur, pegas meskipun tetap bisa
dibakar.
§
Atau menjelmalah air.
§
Duh, aduh, ini salah awalnya gimana
§
Atau karena badan kita ini terlalu besar
sementara jiwa kita agak kerdil
b.
Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang banyak digunakan oleh penyair adalah
kalimat deklaratif (kalimat yang menyatakan sesuatu). Selain kalimat berjenis
deklaratif, penyair juga menggunakan kalimat berjenis lain yang mendukung efek
estetis dan puitisnya. Kalimat-kalimat tersebut dapat disimak dalam daftar
berikut.
No.
|
Jenis Kalimat
|
Jumlah
|
Kalimat
|
1.
|
Deklaratif
|
19 buah
|
·
Suka amat kita ini omong kosong, besar kepala.
·
Ilmu kita tidak seberapa tapi hati kita
takabur, takabur, takabur.
·
Kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab
suci tapi diam-diam kita tahu bahwa itu semua akan kita langgar sendiri.
·
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah tapi
kropos.
·
Tiang dan kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap.
·
Rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita
sendiri.
·
Temboknya bocor-bocor
·
Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat
lain.
·
Kayaknya kita harus menunggu irama pembusukan
ini selesai.
·
Semua jadi susah.
·
Tegang, nabrak-nabrak, membentur-benturkan
kepala.
·
Sampeyan berlaku sebagai besi jadi gampang
dipatahkan.
·
Air tak bisa dilukai.
·
Air tak bisa ditusuk.
·
Air menghibur api, ia menguap tetapi kemudian
cair kembali.
·
Ruh ke sana
kemari menjadi cahaya.
·
Cahaya menelusuri ke mana saja untuk mengubah
kegalapan.
·
Kadang-kadang sampeyan sudah benar tapi belum
baik.
·
Di saat lain, sampeyan sebenarnya sudah baik
tapi belum benar.
|
2.
|
Imperatif
|
10 buah
|
·
Du aduh, kena sampeyan sekarang.
·
Sampeyan sih kenceng melulu.
·
Duh aduh, semua jadi berantakan.
·
Sampeyan batu sih, jadi gampang dipecah.
·
Mestinya sampeyan lentur, pegas, meskipun
tetap bisa dibakar.
·
Atau menjelmalah air.
·
Tapi kalu kemudian air dibendung cobalah
menjelma udara.
·
Kalau udara disedot maka jadilah gelombang.
·
Kalu gelombang disadap maka jadilah Ruh.
·
Duh aduh, kalu saudara-saudaraku pada suatu
saat bisa menentramkan jiwanya merendahkan nafsu dunianya memadamkan api
ambisinya serta merohaniahkan maka kepribadiannya maka Engkau memanggil
mereka menawarkan kepada mereka untuk kembali kepadaMu dan bergabung ke dalam
kemesraan surgaMu.
|
3.
|
Interogatif
|
4 buah
|
·
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini,
berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd, susah dirumuskan, apalagi
dibereskan.
·
Duh aduh, ini salah awalnya atau gimana.
·
Atau karena badan kita ini terlalu besar
sementara jiwa kita agak kerdil.
·
Ada
yang tahu bagaimana mengatasi soal-soal yang kita bikin sendiri ini?
|
4.
|
Minor
|
2 buah
|
·
Tegang, nabrak-nabrak membentur-benturkan
kepala.
·
Atau menjelmalah air.
|
c.
Jenis Klausa dan Frasa
Dalam puisi Puisi Rayap terdapat beberapa klausa. Klausa-klausa tersebut antara
lain sebagai berikut.
No.
|
Penggalan
Puisi
|
1.
|
lho
gimana sih
|
2.
|
jadinya
kayak begini
|
3.
|
ini salah
awalnya
|
4.
|
badan
kita ini terlalu besar
|
5.
|
jiwa kita
agak kerdil
|
6.
|
suka amat kita ini omong kosong
|
7.
|
ilmu kita
tidak seberapa
|
8.
|
hati kita
takabur
|
9.
|
kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci
|
10.
|
itu semua akan kita langgar sendiri
|
11.
|
sekarang
bangunan rumah kita megah
|
12.
|
bangunan rumah kita keropos
|
13.
|
tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap
|
14.
|
rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri
|
15.
|
temboknya bocor-bocor
|
16.
|
kita tambal
|
17.
|
kita membuat bocoran di tempat lain
|
18.
|
kita
bikin sendiri ini
|
19.
|
kita
harus menunggu irama irama pembusukan ini selasai
|
20.
|
kena
sampeyan sekarang
|
21.
|
semua
jadi susah
|
22.
|
sampeyan kenceng melulu
|
23.
|
sampeyan
tegang
|
24.
|
sampeyan
nabrak-nabrak
|
25.
|
sampeyan
membentur-benturkan kepala
|
26.
|
semua
jadi berantakan
|
27.
|
sampeyan
berlaku sebagai besi
|
28.
|
sampeyan
gampang dipatahkan
|
29.
|
sampeyan
batu
|
30.
|
sampeyan
gampang dipecah
|
31.
|
sampeyan
lentur
|
32.
|
sampeyan
pegas
|
33.
|
pegas
tetap bisa dibakar
|
34.
|
sampeyan
menjelmalah air
|
35.
|
air tak
bisa dilukai
|
36.
|
air tak
bisa ditusuk
|
37.
|
air menghibur
api
|
38.
|
ia
menguap
|
39.
|
ia cair
kembali
|
40.
|
air
dibendung
|
41.
|
sampeyan
menjelma udara
|
42.
|
udara
disedot
|
43.
|
sampeyan
jadilah gelombang
|
44.
|
gelombang
disadap
|
45.
|
sampeyan
jadilah ruh
|
46.
|
ruh ke sana kemari
|
47.
|
ruh
menjadi cahaya
|
48.
|
cahaya
menelusuri ke mana saja untuk mengubah kegelapan
|
49.
|
sampeyan
sudah benar
|
50.
|
sampeyan
belum baik
|
51.
|
sampeyan
sebenarnya sudah baik
|
52.
|
sampeyan
belum benar
|
53.
|
menentramkan jiwanya
|
54.
|
saudara-saudaraku pada suatu saat bisa merendahkan nafsu
dunianya
|
56.
|
saudara-saudaraku pada suatu saat bisa memedamkan api
ambisinya
|
57.
|
saudara-saudaraku
pada suatu saat bisa merohaniahkan kepribadiannya
|
58.
|
Engkau
memanggil mereka
|
59.
|
Engkau menawarkan kepada mereka untuk kembali kepadaMu
|
Puisi ini juga memiliki banyak frasa.
Frasa-frasa yang teridentifikasi dalam puisi Puisi Rayap ini antara lain
sebagai berikut.
No.
|
Frasa
|
Jenis Frasa
|
1.
|
kayak
begini
|
Frasa
Nominal
|
2.
|
susah
dirumuskan
|
Frasa
Verbal
|
3.
|
apalagi
dibereskan
|
Frasa
Verbal
|
4.
|
salah
awalnya
|
Frasa
Nominal
|
5.
|
badan
kita
|
Frasa
Nominal
|
6.
|
terlalu
besar
|
Frasa
Adjektival
|
7.
|
jiwa
kita
|
Frasa
Nominal
|
8.
|
agak
kerdil
|
Frasa
Adjektival
|
9.
|
suka
amat
|
Frasa
Adjektival
|
10.
|
kita
ini
|
Frasa
Nominal
|
11.
|
ilmu
kita
|
Frasa
Nominal
|
12.
|
tidak
seberapa
|
Frasa
Numeral
|
13.
|
hati
kita
|
Frasa
Nominal
|
14.
|
rajin
sekali
|
Frasa
Adjektival
|
15.
|
di
bawah kitab suci
|
Frasa
Preposisional
|
16.
|
itu
semua
|
Frasa
Numeral
|
17.
|
akan
dilanggar
|
Frasa
Verbal
|
18.
|
kita
sendiri
|
Frasa
Nominal
|
19.
|
bangunan
rumah kita
|
Frasa
Nominal
|
20.
|
tiang
dan kayunya
|
Frasa
Nominal
|
21.
|
rayap-rayap
itu
|
Frasa
Nominal
|
22.
|
tidak
lain
|
Frasa
Nominal
|
23.
|
diri
kita sendiri
|
Frasa
Nominal
|
24.
|
temboknya
|
Frasa
Nominal
|
25.
|
sambil
membuat
|
Frasa
Verbal
|
26.
|
di
tempat lain
|
Frasa
Preposisional
|
27.
|
ada
yang tahu
|
Frasa
Verbal
|
28.
|
soal-soal
yang kita bikin sendiri
|
Frasa
Nominal
|
29.
|
harus
menunggu
|
Frasa
Verbal
|
30.
|
kenceng
melulu
|
Frasa
Verbal
|
31.
|
gampang
dipatahkan
|
Frasa
Verbal
|
32.
|
gampang
dipecah
|
Frasa
Verbal
|
33.
|
lentur,
pegas
|
Frasa
Adjektival
|
34.
|
tetap
bisa dibakar
|
Frasa
Verbal
|
35.
|
tak
bisa dilukai
|
Frasa
Verbal
|
36.
|
ke
sana kemari
|
Frasa
Preposisional
|
37.
|
ke
mana saja
|
Frasa
Preposisional
|
38.
|
sudah
benar
|
Frasa
Adjektival
|
39.
|
belum
baik
|
Frasa
Adjektival
|
40.
|
di
saat lain
|
Frasa
Preposisional
|
41.
|
sudah
baik
|
Frasa
Adjektival
|
42.
|
belum
benar
|
Frasa
Adjektival
|
43.
|
saudara-saudaraku
|
Frasa
Nominal
|
44.
|
pada
suatu saat
|
Frasa
Preposisional
|
45.
|
bisa
menentramkan
|
Frasa
Verbal
|
46.
|
jiwanya
|
Frasa
Nominal
|
47.
|
nafsu
dunianya
|
Frasa
Nominal
|
48.
|
kepribadiannya
|
Frasa
Nominal
|
49.
|
kepada
mereka
|
Frasa
Preposisional
|
50.
|
untuk
kembali kepadamu
|
Frasa
Konjungsional
|
Perbandingan yang didapat dari 2 tabel
di atas adalah 59 klausa dan 50 frasa. Klausa yang paling dominant adalah
klausa nominal dengan jumlah 19 buah. Selebihnya terdapat klausa verbal,
adjektival, preposisional, dan numeral. Efek yang timbul dari pemakaian frasa
nominal lebih dominant adalah semakin banyaknya lambang atau simbol metafora
yang muncul baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemilihan kata tampak alami, bersahaja,
dan mudah dipahami, walaupun unsur kemetaforaan masih kental. Bait pertama dan
kedua relative memiliki tujuan dan makna yang sama. Hanya saja, di bait kedua
“Sang rayap” dimunculkan. Pada bait tersebut tersirat makna mawas diri dan
menyadari rentetan tindakan yang perlu dibenahi dari diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar