Minggu, 11 Desember 2011

Unsur Gramatikal "Puisi Rayap" karya Emha Ainun Nadjib


Unsur gramatikal merujuk kepada pengertian struktur kalimat. Sebuah gagasan dapat diungkapkan ke dalam berbagai bentuk kalimat yang berbeda struktur dan kosa katanya. Unsur-unsur gramatikal yang ada dalam puisi ini antara lain sebagai berikut.
a.       Kompleksitas Kalimat
Kalimat yang terdapat dalam puisi Puisi Rayap ini sacara keseluruhan merupakan kalimat sederhana dengan rata-rata tujuh hingga delapan kata pada tiap kalimatnya. Namun, di dalamnya ada kekompleksan struktur. Struktur yang digunakan penyair sangat beragam. Pada beberapa bagian, ditemukan kalimat majemuk setara dan bertingkat. Di bagian lain juga ditemukan kalimat sederhana. Pada bagian yang lain bahkan ditemukan kalimat yang memiliki fungsi tidak lengkap.
Dilihat dari pemilihan kata (diksi), penyair menggunakan kata-kata yang sudak akrab di telinga pembaca, bahkan beberapa di antaranya merupakan kata-kata yang sering digunakan dalam dialog sehari-hari, misalnya kata berantakan, rayap, dan suka amat. Walaupun demikian, beberapa di antaranya juga terdapat kata-kata yang merupakan bagian dialek dari suatu daerah, misalnya kata sampeyan (merupakan dialek masyarakat Jawa Timur), dan kenceng (sering digunakan oleh masyarakat Jawa pada ummnya). Beberapa istilah yang digunakan dalam puisi ini, misalnya kata takabur, absurd, dan ruh.
Sifat hubungan kalimat yang menonjol adalah hubungan koordinatif. Hal ini dapat dijumpai pada beberapa kalimat di bawah ini.
§  Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd, susah dirumuskan, apalagi dibereskan.
§  Suka amat kita ini omong kosong, besar kepala.
§  Tiang dan kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap.
§  Mestinya sampeyan lentur, pegas meskipun tetap bisa dibakar.
§  Atau menjelmalah air.
§  Duh, aduh, ini salah awalnya gimana
§  Atau karena badan kita ini terlalu besar sementara jiwa kita agak kerdil

b.      Jenis Kalimat
Jenis kalimat yang banyak digunakan oleh penyair adalah kalimat deklaratif (kalimat yang menyatakan sesuatu). Selain kalimat berjenis deklaratif, penyair juga menggunakan kalimat berjenis lain yang mendukung efek estetis dan puitisnya. Kalimat-kalimat tersebut dapat disimak dalam daftar berikut.

No.
Jenis Kalimat
Jumlah
Kalimat
1.
Deklaratif
19 buah
·         Suka amat kita ini omong kosong, besar kepala.
·         Ilmu kita tidak seberapa tapi hati kita takabur, takabur, takabur.
·         Kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci tapi diam-diam kita tahu bahwa itu semua akan kita langgar sendiri.
·         Jadi sekarang bangunan rumah kita megah tapi kropos.
·         Tiang dan kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap.
·         Rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri.
·         Temboknya bocor-bocor
·         Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain.
·         Kayaknya kita harus menunggu irama pembusukan ini selesai.
·         Semua jadi susah.
·         Tegang, nabrak-nabrak, membentur-benturkan kepala.
·         Sampeyan berlaku sebagai besi jadi gampang dipatahkan.
·         Air tak bisa dilukai.
·         Air tak bisa ditusuk.
·         Air menghibur api, ia menguap tetapi kemudian cair kembali.
·         Ruh ke sana kemari menjadi cahaya.
·         Cahaya menelusuri ke mana saja untuk mengubah kegalapan.
·         Kadang-kadang sampeyan sudah benar tapi belum baik.
·         Di saat lain, sampeyan sebenarnya sudah baik tapi belum benar.
2.
Imperatif
10 buah
·         Du aduh, kena sampeyan sekarang.
·         Sampeyan sih kenceng melulu.
·         Duh aduh, semua jadi berantakan.
·         Sampeyan batu sih, jadi gampang dipecah.
·         Mestinya sampeyan lentur, pegas, meskipun tetap bisa dibakar.
·         Atau menjelmalah air.
·         Tapi kalu kemudian air dibendung cobalah menjelma udara.
·         Kalau udara disedot maka jadilah gelombang.
·         Kalu gelombang disadap maka jadilah Ruh.
·         Duh aduh, kalu saudara-saudaraku pada suatu saat bisa menentramkan jiwanya merendahkan nafsu dunianya memadamkan api ambisinya serta merohaniahkan maka kepribadiannya maka Engkau memanggil mereka menawarkan kepada mereka untuk kembali kepadaMu dan bergabung ke dalam kemesraan surgaMu.
3.
Interogatif
4 buah
·         Lho gimana sih kok jadinya kayak begini, berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd, susah dirumuskan, apalagi dibereskan.
·         Duh aduh, ini salah awalnya atau gimana.
·         Atau karena badan kita ini terlalu besar sementara jiwa kita agak kerdil.
·         Ada yang tahu bagaimana mengatasi soal-soal yang kita bikin sendiri ini?
4.
Minor
2 buah
·         Tegang, nabrak-nabrak membentur-benturkan kepala.
·         Atau menjelmalah air.

c.                                                                                                                                     Jenis Klausa dan Frasa
Dalam puisi Puisi Rayap terdapat beberapa klausa. Klausa-klausa tersebut antara lain sebagai berikut.

No.
Penggalan Puisi
1.
lho gimana sih
2.
jadinya kayak begini
3.
ini salah awalnya
4.
badan kita ini terlalu besar
5.
jiwa kita agak kerdil
6.
suka amat kita ini omong kosong
7.
ilmu kita tidak seberapa
8.
hati kita takabur
9.
kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci
10.
itu semua akan kita langgar sendiri
11.
sekarang bangunan rumah kita megah
12.
bangunan rumah kita keropos
13.
tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap
14.
rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri
15.
temboknya bocor-bocor
16.
kita tambal
17.
kita membuat bocoran di tempat lain
18.
kita bikin sendiri ini
19.
kita harus menunggu irama irama pembusukan ini selasai
20.
kena sampeyan sekarang
21.
semua jadi susah
22.
sampeyan kenceng melulu
23.
sampeyan tegang
24.
sampeyan nabrak-nabrak
25.
sampeyan membentur-benturkan kepala
26.
semua jadi berantakan
27.
sampeyan berlaku sebagai besi
28.
sampeyan gampang dipatahkan
29.
sampeyan batu
30.
sampeyan gampang dipecah
31.
sampeyan lentur
32.
sampeyan pegas
33.
pegas tetap bisa dibakar
34.
sampeyan menjelmalah air
35.
air tak bisa dilukai
36.
air tak bisa ditusuk
37.
air menghibur api
38.
ia menguap
39.
ia cair kembali
40.
air dibendung
41.
sampeyan menjelma udara
42.
udara disedot
43.
sampeyan jadilah gelombang
44.
gelombang disadap
45.
sampeyan jadilah ruh
46.
ruh ke sana kemari
47.
ruh menjadi cahaya
48.
cahaya menelusuri ke mana saja untuk mengubah kegelapan
49.
sampeyan sudah benar
50.
sampeyan belum baik
51.
sampeyan sebenarnya sudah baik
52.
sampeyan belum benar
53.
menentramkan jiwanya
54.
saudara-saudaraku pada suatu saat bisa merendahkan nafsu dunianya
56.
saudara-saudaraku pada suatu saat bisa memedamkan api ambisinya
57.
saudara-saudaraku pada suatu saat bisa merohaniahkan kepribadiannya
58.
Engkau memanggil mereka
59.
Engkau menawarkan kepada mereka untuk kembali kepadaMu

Puisi ini juga memiliki banyak frasa. Frasa-frasa yang teridentifikasi dalam puisi Puisi Rayap ini antara lain sebagai berikut.

No.
Frasa
Jenis Frasa
1.
kayak begini
Frasa Nominal
2.
susah dirumuskan
Frasa Verbal
3.
apalagi dibereskan
Frasa Verbal
4.
salah awalnya
Frasa Nominal
5.
badan kita
Frasa Nominal
6.
terlalu besar
Frasa Adjektival
7.
jiwa kita
Frasa Nominal
8.
agak kerdil
Frasa Adjektival
9.
suka amat
Frasa Adjektival
10.
kita ini
Frasa Nominal
11.
ilmu kita
Frasa Nominal
12.
tidak seberapa
Frasa Numeral
13.
hati kita
Frasa Nominal
14.
rajin sekali
Frasa Adjektival
15.
di bawah kitab suci
Frasa Preposisional
16.
itu semua
Frasa Numeral
17.
akan dilanggar
Frasa Verbal
18.
kita sendiri
Frasa Nominal
19.
bangunan rumah kita
Frasa Nominal
20.
tiang dan kayunya
Frasa Nominal
21.
rayap-rayap itu
Frasa Nominal
22.
tidak lain
Frasa Nominal
23.
diri kita sendiri
Frasa Nominal
24.
temboknya
Frasa Nominal
25.
sambil membuat
Frasa Verbal
26.
di tempat lain
Frasa Preposisional
27.
ada yang tahu
Frasa Verbal
28.
soal-soal yang kita bikin sendiri
Frasa Nominal
29.
harus menunggu
Frasa Verbal
30.
kenceng melulu
Frasa Verbal
31.
gampang dipatahkan
Frasa Verbal
32.
gampang dipecah
Frasa Verbal
33.
lentur, pegas
Frasa Adjektival
34.
tetap bisa dibakar
Frasa Verbal
35.
tak bisa dilukai
Frasa Verbal
36.
ke sana kemari
Frasa Preposisional
37.
ke mana saja
Frasa Preposisional
38.
sudah benar
Frasa Adjektival
39.
belum baik
Frasa Adjektival
40.
di saat lain
Frasa Preposisional
41.
sudah baik
Frasa Adjektival
42.
belum benar
Frasa Adjektival
43.
saudara-saudaraku
Frasa Nominal
44.
pada suatu saat
Frasa Preposisional
45.
bisa menentramkan
Frasa Verbal
46.
jiwanya
Frasa Nominal
47.
nafsu dunianya
Frasa Nominal
48.
kepribadiannya
Frasa Nominal
49.
kepada mereka
Frasa Preposisional
50.
untuk kembali kepadamu
Frasa Konjungsional

Perbandingan yang didapat dari 2 tabel di atas adalah 59 klausa dan 50 frasa. Klausa yang paling dominant adalah klausa nominal dengan jumlah 19 buah. Selebihnya terdapat klausa verbal, adjektival, preposisional, dan numeral. Efek yang timbul dari pemakaian frasa nominal lebih dominant adalah semakin banyaknya lambang atau simbol metafora yang muncul baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemilihan kata tampak alami, bersahaja, dan mudah dipahami, walaupun unsur kemetaforaan masih kental. Bait pertama dan kedua relative memiliki tujuan dan makna yang sama. Hanya saja, di bait kedua “Sang rayap” dimunculkan. Pada bait tersebut tersirat makna mawas diri dan menyadari rentetan tindakan yang perlu dibenahi dari diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar