KEKONTRASTIFAN SINTAKSIS FRASA
BAHASA ARAB DAN INDONESIA
Oleh:
Tasliati (NIM 07201241004)
A. Frasa
dalam Bahasa Indonesia
Menurut Cook , Elson dan Pickeet dalam Mawadi
(2008:2) frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial yang merupakan
gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
Sementara Ramlan menjelaskan bahwa frasa
adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi.
Frasa lazim didefinisikan sebagai
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau
lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di
dalam kalimat. Istilah frasa digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu
tingkat berada di bawah satuan klausa atau satu tingkat berada di atas satuan
kata. Dari definisi di atas yang namanya frasa itu pasti terdiri lebih dari
sebuah kata (Chaer, 2003:222).
Samsuri mengatakan bahwa frasa itu
adalah gatra. Dia membagi frasa menjadi lima
golongan antara lain: Frasa Verbal, frasa nominal, frasa sifat, frasa bilangan
dan frasa depan.
Menurut Ramlan (1987:158) berdasarkan
persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frasa dapat
digolongkan menjadi empat golongan yaitu:
1. Frasa
verbal
Frasa
verbal atau atau golongan verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata verbal ( Ramlan, 1987:168 ).
Contoh:
1.
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku
baru di perpustakaan
Dua orang mahasiswa – membaca buku baru
di perpustakaan
2. akan pergi
2. Frasa Nominal
Frasa
nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal (
Ramlan, 1987:158) persamaan itu dapat dilihat dengan jelas melalui beberapa
contoh berikut.
Adik
membeli baju baru
Menurut Ramlan (1987: 159) Secara kategorial frasa
nominal terdiri atas:
a. Frasa nominal diikuti frasa nominal.
Maksudnya terdiri dari kata atau frasa nominal sebagai unsur pusat, diikuti
oleh kata atau frasa nomina sebagai atribut. Jadi semua unsurnya berupa kata
atau frasa nominal (Ramlan, 1986: 159).
Contoh:
-
Gedung sekolah
-
Perusahaan kain
-
Perkarangan rumah
b.
Frasa Nominal diikuti frasa verbal, maksudnya terdiri dari kata atau frasa
nominal sebagai unsur pusat diikuti kata atau frasa verbal sebagai atribut.
Contoh:
-
Rumah baru
c. Frasa nominal diikuti frasa bilangan,
maksudnya frasa itu terdiri dari kata atau frasa nominal sebagai unsur pusat,
diikuti kata atau frasa bilangan sebagai atribut.
Contoh:
-
Nasi sepuluh bungkus
-
Sawah lima
petak
d. Frasa nominal diikuti oleh frasa adverbia,
maksudnya frasa ini terdiri dari kata atau frasa nominal sebagai unsur pusat,
diikuti kata atau frasa Adverbia sebagai atribut. Contoh:
-
Koran kemarin pagi
3. Frasa Numerella
Frasa
numerella atau frasa bilangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan
kata bilangan (Ramlan, 1987:176).
Contoh:
1. Dua buah rumah
2. Tiga ekor ayam
4. Frasa Adverbia
Frasa
adverbial atau keterangan adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata keterangan (Ramlan, 1987:177). Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah kata
keterangan antara lain kemarin, tadi, nanti, besok,
lusa, sekarang dan lain-lain.
Contoh :
Tadi
malam Ahmad menghadiri pertemuan keluarga
5. Frasa Preposisi
Frasa
preposisi atau frasa depan adalah frasa yang terdiri dari kata depan sebagai
penanda, diikuti oleh kata atau frasa aksisnya (Ramlan, 1987:178 ).
Contoh :
1. Ayah
tidak ada di rumah
2. Ibu
sedang pergi ke pasar
B. Frasa
dalam Bahasa Arab
Jenis frasa bahasa Arab
berdasarkan unsur cara pembentukannya terdiri dari 25 jenis frasa. Cara
pembentukannya adalah sebagai berikut.
1. Frasa
Verbal
Cara pembentukan frasa
verbal dapat dibentuk melalui beberapa frasa diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Frasa
Manfy
Frasa manfy adalah frasa yang
terdiri atas penegasi yang diikuti oleh verbal dan nominal. Beberapa penegasi
yang ditemukan atau yang sering digunakan adalah
ﻻ‚ﻠﻴﺲ ‚ ﻤﺎ‚ﻠم ‚ﻠن . Penegasi,
ﻠن, ﻠم dan ﻤﺎ ditemukan hanya diikuti verbal. Adapun
penegasi lainnya dapat diikuti oleh nominal ataupun verbal. Berikut ini
dikemukakan contoh masing-masing
·
ﺃﻨﺎﻻﺃﻋﺮﻒﺍﻠﺠﻮﺍﺐ/ anā
lā a‘rifu al-jawāba/ “aku tidak mengetahui jawabannya”
·
ﻻﺃﺤﺪﻔﻲﺍﻠﻔﺼﻞ/lā
ahadun fī al-fasli / “tidak ada seorangpun di kelas”
· ﻠﻴﺴﺖﺘﺮﻴﺪﻫﻧﺍﺍﻠﻂﻌﺎﻡ/laitsat
turīdu hazā al-ta‘āmu / “apakah anda
tidak menginginkan makanan ini”
·
ﻤﺎﺠﺎﺀﺍﻠﺴﺘﺎﺫ/mā jā
a al-ustāzu / “guru itu tidak datang”
·
ﺍﻠﺳﻴﺪﻨﻭﺮﺍﻠﻤﺮﺘﻀﻰﻟﻢﻴﺤﻀﺮ/al-sayyidu nūru al-murtada lam yahdur/ “tuan nurul
murtada belum hadir”
·
ﻟﻦﻴﺮﺠﻊﺍﻷﻴﺎﻢﺍﻠﺘﻰﻤﻀﺖ/ lan
yarji ‘a al-ayyāmu allatī madat/ “ hari-hari yang telah berlalu tidak
akan kembali”
b. Frasa Syarthy
Frasa syarty adalah frasa
yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut diikuti verbal sebagai unsur
pusat. Diantara penanda syarthy itu adalah ﻤﻦ,ﺍﺫﺍ,ﻤﻨﻬﺎ,ﻛﻟﻤﺎ,ﺍﻦ,ﻠﻤﺎ,ﻠﻮ,ﻋﻨﺪﻤﺎ. Dibawah
ini dikemukakan contoh frasa syarthy yang terbentuk dari setiap penanda
syarat tersebut.
Contoh:
· ﻛﻟﻤﺎ ﺃﺮﺍﺪﻮﺍ ﺃﻦ ﻴﺤﺮﺠﻮﺍ ﻤﻨﻬﺎ ﺃﻋﻴﺪﻮﺍ
ﻔﻴﻬﺎ
· ﻮﻟﻤﺎ ﺯﺍﻏﻭﺍ ﺃﺯﺍﻍ
ﺍﻟﻟﻪ ﻘﻟﻭﺒﻬﻢ
· ﻤﻦ ﺠﺎﺀ ﺒﺎﻟﺤﺴﻨﺔ ﻔﻟﻪ ﻋﺷﺮ
ﺃﻤﺜﺎ ﻟﻬﺎ
Contoh
pertama pada klausa di atas yang menjadi frasanya adalah ﻛﻟﻤﺎ ﺃﺮﺍﺪﻮﺍ/ terdiri atas dua unsur yaitu / ﻛﻟﻤﺎ yang berfungsi sebagai syarat dan sebagai atribut,
kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu ﺃﺮﺍﺪﻮﺍ/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frasa syarthy itu
adalah frasa yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh
verbal sebagai unsur pusat.
Contoh
kedua pada klausa di atas yang menjadi frasanya adala / ﻟﻤﺎ ﺯﺍﻏﻭﺍ terdiri dari
dua unsur yaitu ﻟﻤﺎ / yang berfungsi sebagai syarat dan sebagai atribut,
kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu /ﺯﺍﻏﻭﺍ/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frasa syarthy itu
adalah frasa yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh
verbal sebagai unsur pusat.
Contoh
ketiga pada klausa di atas yang menjadi frasanya adalah /ﻤﻦ ﺠﺎﺀ terdiri dari
dua unsur yaitu ﻤﻦ / yang berfungsi sebagai syarat dan sebagai atribut, kemudian diikuti
oleh kata verbal yaitu ﺠﺎﺀ / yang
berfungsi sebagai unsur
pusat. Jadi frasa syarthy itu adalah frasa yang berunsurkan penanda
syarat sebagai atribut
dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
Jadi frasa
syarthy itu adalah frasa yang berunsurkan penanda syarat sebagai atribut dan diikuti oleh verbal
sebagai unsur pusat.
c. Frasa Tanfis
Frasa tanfis
adalah frasa yang tersusun dari verbal sebagai unsur pusat dan didahului
oleh penanda waktu tanfis yaitu ﻜﻲ,ﻞ,ﻗﺪ,ﺤﺘﻰ,ﺴﻮﻒ,ﺲ. Dibawah
ini dikemukakan contoh frasa tanfis yang terbentuk dari setiap penanda
waktu tanfis tersebut.
Contoh:
· ﺴﺄ ﺯﻮﺭﻚ ﻫﺬﺍ ﺍﻠﻴﻭﻢ
/sa’azūruka hazā al-yauma/ saya akan mengunjungimu hari ini
· ﺴﻮﻒ ﻴﺤﻀﺭ ﺍﻠﻭﻔﺪ
/saufa
yahduru al-wafdu/ “utusan itu akan datang”
Contoh
pertama pada klausa di atas yang menjadi frasanya adalah ﺴﺄ ﺯﻮﺭﻚ /sa’azūruka / terdiri
dari dua unsur yaitu س /sa/
yang berfungsi sebagai penanda tanfis dan sebagai atribut, kemudian
diikuti oleh kata verbal yaitu ﺯﻮﺭﻚ /zūruka / yang berfungsi sebagai unsur
pusat. Jadi frasa tanfis itu adalah frasa yang berunsurkan penanda tanfis
sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
Contoh kedua pada klausa
di atas yang menjadi frasanya adalah ﺴﻮﻒ ﻴﺤﻀﺭ /saufa
yahduru/ terdiri dari dua unsur yaitu ﺴﻮﻒ /saufa/ yang berfungsi sebagai penanda tanfis dan
sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu ﻴﺤﻀﺭ /yahduru/ yang berfungsi sebagai unsur
pusat. Jadi frasa tanfis itu adalah frasa yang berunsurkan penanda tanfis
sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat. Jadi frasa tanfis
itu adalah frasa yang berunsurkan penanda tanfis sebagai atribut dan
diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
d. Frasa Tawkitat
Frasa tawqitat adalah
frasa yang berunsurkan verba bantu ﻜﻧﺎ dan yang
sejenisnya sebagai atribut diikuti oleh verba maupun non verba sebagai unsur pusat,
secara singkat dapat ditulis V bantu + V/ non- V. Penanda tawqitat itu antara
lain berupa ﻜﻧﺎ,ﺼﺎﺭ ,ﻈﻞ ,ﺃﻤﺳﻰ , ﺯﺍﻝ,ﻤﺎ . Penanda
tawqitat tersebut merupakan verba bantu yang mengandung makna waktu.
ﺍﻂﻔﻟﺔ ﻜﻨﺖ ﺘﻠﻌﺐ ﻔﻲ ﺴﺎﺤﺔ ﺍﻠﺒﻴﺖ/al-tiflatu
kānat tal‘abu fi sāhati al-baiti/
“ anak itu bermain
di halaman rumah”
ﺼﺎﺮ ﺃﺨﻲ ﻴﻌﻤﻝ ﻔﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻠﺒﻨﻙ/sāra
akhi ya‘malu fī hazā al-banka/
“saudaraku bekerja di bank ini”
Contoh pertama pada klausa
di atas yang menjadi frasanya adalah ﻜﻨﺖ ﺘﻠﻌﺐ / kānat
tal‘abu / terdiri dari dua unsur yaitu ﻜﻨﺖ / kānat/ sebagai verba bantu dan berfungsi sebagai atribut,
kemudian diikuti oleh kata verbal yaitu /
ﺘﻠﻌﺐ tal‘abu
/ yang berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frasa tawqitat itu adalah
frasa yang dibentuk melalui verba bantu sebagai atribut dan diikuti oleh verbal
sebagai unsur pusat.
Contoh kedua pada klausa
di atas yang menjadi frasanya adalah ﺼﺎﺮ ﺃﺨﻲ ﻴﻌﻤﻝ / sāra akhi ya‘malu/ terdiri dari dua unsur yaitu / ﺼﺎﺮ
/ sāra /sebagai verba bantu dan berfungsi sebagai atribut, kemudian diikuti oleh kata
verbal yaitu ﻴﻌﻤﻝ/ ya‘malu /yang berfungsi sebagai
unsur pusat. Jadi frasa tawqitat itu adalah frasa yang dibentuk melalui
verba bantu sebagai atribut dan diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
e. Frasa
Muqarabat.
Frasa muqarabat adalah
frasa yang berunsurkan verba sebagai unsur pusat dan didahului oleh verba Bantu
muqarabat yang bermakna “hampir”
Contoh:
ﻜﺎﺪ ﻴﻤﺿﻲ ﺍﻠﻭﻗﺖ/ kāda yamdu al-wakta/
“waktu hampir habis”
ﺃﻭﺸﻜﺖ ﺍﻠﺷﻤﺱ ﺗﻐﺮﺏ /awsyakat al-syamsa tugrabu/
“matahari itu hampir
terbenam”
Pada
contoh pertama klausa di atas yang menjadi frasanya adalah ﻜﺎﺪ ﻴﻤﺿﻲ /kāda yamdu / terdiri dari dua unsur yaitu ﻜﺎﺪ /
kāda /sebagai verba bantu serta sebagai atribut dan diikuti oleh verba yaitu ﻴﻤﺿﻲ / yamdu / berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frasa Muqarabat dibentuk
melalui verbal bantu sebagai atribut
diikuti oleh verba sebagai unsur pusat.
Contoh
pertama klausa di atas yang menjadi frasanya adalahﺃﻭﺸﻜﺖ/ /awsyakat / terdiri dari dua unsur yaitu
ﺃﻭ
/aw/sebagai verba bantu serta sebagai atribut dan diikuti oleh verba yaitu ﺃﺸﻜﺖ/syakat/ berfungsi sebagai unsur
pusat.
Jadi frasa Muqarabat
dibentuk melalui verbal bantu sebagai atribut diikuti oleh verba sebagai unsur pusat.
f. Frasa Syuru‘
Frasa syuru‘ adalah frasa
yang berunsurkan verbal sebagai unsur pusat dan didahului oleh verba bantu syuru’
sebagai atribut.
Contoh :
ﺃﺨﺫﺍ ﻴﻨﺗﻗﻝ ﻤﻦ ﻤﺪﻴﻧﺔ ﺇﻠﻰ ﻤﺪﻴﻧﺔ /akhaza yantaqilu min madīnati ilā
madīnati
“ia berpindah dari satu kota ke kota
yang lain"
ﺒﺪﺃﺖ ﺘﺘﺤﺭﻚ ﺍﻠﺤﺎﻔﻼﺖ /bada at
tataharraka al-hāfilātu/
“mobil-mobil itu mulai bergerak”
Contoh pertama klausa di
atas yang menjadi frasanya adalah ﺃﺨﺫﺍ ﻴﻨﺗﻗﻝ /akhaza yantaqilu/ terdiri dari dua unsur yaitu
ﺃﺨﺫﺍ / akhaza /sebagai verba Bantu serta sebagai atribut dan diikuti oleh verba
yaitu ﻴﻨﺗﻗﻝ
/ yantaqilu / berfungsi sebagai unsur pusat. Jadi frasa
syuru‘ adalah frasa yang dibentuk melalui verbal bantu sebagai atribut diikuti oleh verba
sebagai unsur pusat.
Contoh pertama klausa di
atas yang menjadi frasanya adalah ﺒﺪﺃﺖ ﺘﺘﺤﺭﻚ /bada
at tataharraka / terdiri
dari dua unsur yaitu ﺒﺪﺃﺖ / bada at /sebagai verba bantu serta sebagai
atribut dan diikuti oleh verba yaitu ﺘﺘﺤﺭﻚ / tataharraka /berfungsi sebagai unsur
pusat. Jadi frasa syuru‘ adalah frasa yang dibentuk melalui verbal bantu sebagai
atribut diikuti oleh verba sebagai unsur pusat.
g. Frasa Raja‘
Frasa raja‘ adalah frasa
yang berunsurkan verba ﻨﺪﺮﻚ seagai
unsur pusat dan didahului verba bantu raja‘ ﻋﺴﻰ sebagai
unsur pusat.
h. Frasa Mashdary
Frasa mashdary adalah
frasa yang terdiri atas penanda masdhar ﺃﻦ/an/
sebagai atribut diikuti oleh verbal sebagai unsur pusat.
2. Frasa Nominal
Cara pembentukkan frasa
nominal dapat dibentuk melalui beberapa frasa diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Frasa Na‘ty
Frasa na‘ty adalah frasa frasa
yang dibentuk oleh nominal sebagai unsur pusat diikuti oleh adjektifa sebagai
na‘at atau atribut.
Contoh :
ﻫﺬﺍ ﺃﻠﻮﻦ ﺯﻴﺘﻴﺔ /hazā
al-wānun zaitiyyatun/ “ini warna-warna cat minyak”
b. Frasa Athfy
Frasa Athfy adalah frasa
yang berunsurkan nominal diikuti oleh nominal atau verbal diikuti oleh verbal
atau adjektifa diikuti oleh adjektifa. Unsur-unsur pada frasa athfy dapat
dihubungkan dengan huruf athaf atau disebut dengan kata penghubung
Contoh :
ﻋﺜﻤﺎﻥ ﻴﺠﺏ ﺍﻠﻠﻐﺔ ﻮ ﺍﻠﺤﺴﺎﺏ /usmānu yuhibbu al-lugata wa al-hisāba/
“usman menyukai pelajaran
bahasa dan berhitung”
c. Frasa badaly
Frasa badaly adalah
frasa yang terdiri atas nominal satu diikuti oleh nominal nominal kedua.
Contoh :
ﻮﺍﻠﺮﻴﺎﺾ ﻋﺎﺻﻤﺔ ﺍﻠﻤﻠﻛﺔ ﺍﻠﺴﻌﻮﺪﻴﺔ ﻤﺪﻴﻨﺔ ﻋﺼﺮﻴﺔ /wa al-riyādu ‘āsimatu al-mamlakati
al-su‘ūdiyyati madīnatun ‘asriyyatun/
“Riyadh
ibu kota kerajaan Saudi merupakan kota modern”
d. Frasa Syibhul jumlah
Frasa syibhul jumlah adalah frasa
preposisional yang berunsurkan preposisi yang dalam bahasa Arabnya disebut
dengan harf jar sebagai penanda diikuti nominal sebagai petanda (
Asrori, 2004:54).
Contoh:
/ﺃﺴﺘﺮﻱ ﺍﻠﻘﻠﻢ ﻤﻦ ﺍﻠﻤﻘﺼﻑ
/astarī al-qalama min
al-maqsafi/ “saya membeli pulpen dari kantin”
e. Frasa Idhafy
Frasa Idhafy adalah
frasa yang berunsurkan nominal dan diikuti oleh nominal. Dalam frasa ini
nominal pertama merupakan unsur pusat sedangkan nominal kedua sebagai atribut.
Contoh :
ﻤﺎ ﻋﻨﻭﺍﻨﻙ ؟ /mā ‘unwānuka?/ “ dimana alamatmu”
f. Frasa adady
Frasa adady disebut
dengan frasa bilangan merupakan frasa yang berunsurkan bilangan atau adady sebagai
unsur pusat diikuti oleh nominal sebagai atribut. Unsur-unsur dalam frasa adady
mempunyai hubungan yang padu dan mesra. Unsur-unsur dalam frasa tersebut
tidak dapat dipisahkan oleh unsur yang lain dan tidak bisa diubah urutannya.
Apabila urutan bilangan dan nominal itu diubah ataupun disisipi oleh unsur lain
maka tidak lagi termasuk kategori frasa adady.
أﺤﻀﺮ ﺖﺛﻼﺚ ﺼﻭﺮ /ahdartu salāsa suwarin/ “saya membawa tiga gambar”
g. Frasa nida‘iy
Frasa nida‘iy adalah
frasa yang terdiri atas kata seru atau disebut dengan nida‘sebagai atribut
dan diikuti oleh nominal sebagai unsur pusat. Kedua unsur tersebut dalam bahasa
Arab disebut dengan nida‘ dan monada ‘ penanda seruan tersebut
adalah ﻴﺎ / ya/ atau أﻴﻬﺎ /
ayyuha/
Contoh :
ﻤﺎ ﻫﺫﺍ ﻴﺎ ﺃﺴﺗﺎﺫ ؟/mā hazā yā ustāza?/
“apa ini wahai guru?”
h. Frasa
Isyary
Frasa isyary adalah
frasa yang berunsurkan nominal sebagai unsur pusat didahului oleh penunjuk yang
dalam bahasa Arab disebut dengan ism isyarah sebagai atribut.
Contoh :
ﺫﻟﻚ ﺍﻠﺤﺫﺍﺀ ﻠﻲ/zālika al-hizāu lī / “ sepatu itu milik saya”
i. Frasa
tawkidy
Frasa tawkidy adalah
frasa yang terbentuk dari nominal sebagai unsur pusat diikuti atribut
berupa tawkid atau penegas. Penanda tawkid dalam bahasa Arab
mencakup ﻘﻞ/kullun/ ﺫﻔﺱ/nafsun/
ﻋﻴﻦ/
‘ainun/. Selain itu bisa berupa kata ganti. ﻫﺫﻩﺃﻤﻲﺍﺍﻨﺎ/hazihi ummi anā/ “ ini ibu saya”
j. Frasa istisna‘i
Frasa istina‘i adalah
frasa yang terbentuk dari pengecualian sebgai atribut diikuti oleh nominal
sebagai unsur pusat. Pengecualian bahasa Arab antara lain ﺍﻠﻰ / illa/ ﻏﻴﺮ/gairu/ ﺴﻮﻯ / sawa/
/lā rabbu sawā Allahi/
ﻻ ﺮﺐ ﺴﻮﻯ ﺍﷲ “tiada
tuhan selain Allah”
k. Frasa Bayany
Frasa bayany adalah
frasa yang berunsurkan dua nomina yang dipisahkan oleh huruf ﻤﻦ / min/
dimana nominal pertama berfungsi sebagai atribut diikuti oleh nominal kedua
sebagai unsur pusat.
Contoh:
/ﺸﺭﺒﺕ ﻛﻮﺒﺎ ﻤﻦ ﺍﻠﻌﺼﻴﺭ
/syarabtu kūban min
al-‘asīri “ saya minum segelas jus”
l. Frasa Naskhy
Frasa naskhy adalah
frasa yang berunsurkan nominal sebagai unsur pusat didahului oleh penanda naskhy,
yaitu mencakup ﻠﻴﺕ / laitu/ ﻟﻌﻝ
/ la‘alla/ /ﻛﺄﻦka’anna/ ﻷﻦ /
lianna/ ﻠﻛﻦ/ lakinna/ ﺃﻦ
/ anna/ ﺍﻦ/ in/
Contoh:
ﺍﻦ ﺍﷲ ﺍﻠﺴﻤﻴﻊ ﻋﻟﻴﻢ/innallāha samī‘un ‘alīmun/
“sesungguhnya Allah maha
mendengar lagi maha mengetahui”
m. Frasa Ikhtishasly
Frasa ikhtishasly adalah
frasa yang berunsurkan dua nomina yaitu nominal satu sebagai unsur pusat dan
nominal dua sebagai pengkhusus. Sebgai pengkhusus, nominal dua ber‘irab mansub.
ﻨﺤﻥ ﺍﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺃﻤﺔ ﻮﺤﺪﺓ/nahnu al-muslimīna ummatun wahidatun/
“kita orang muslim adalah
umat yang satu”
C. Kekontrastifan
Frasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
Istilah frasa apapun
terjemahannya dalam bahasa Arab tidak populer di kalangan pengkaji bahasa Arab
di Indonesia ataupun di dunia Arab sendiri. Karena buku-buku nahwu atau
sintaksis Arab pada umumnya tidak ada yang mengemukakan defenisi tetang frasa.
Selain itu tidak ada bab atau sub bab yang menggunakan istilah frasa sebagai kepala
pembahasan. Meskipun demikian bukan berarti dalam bahasa Arab tidak ada konsep
tentang frasa.
Dalam sejarah studi linguistik
istilah frasa banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda. Istilah
frasa digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah
satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata. Frasa lazim
didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Di sini kita dapat menyimpulkan bahwa yang namanya
frasa itu pasti terdiri lebih dari sebuah kata (Chaer, 1994:222).
Berikut ini dikemukakan tentang
pengertian frasa dari berbagai tokoh diantaranya sebagai berikut:
1.
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata
atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi (Ramlan, 1981).
2.
Frasa adalah gabungan dua kta atau lebih yang sifatnya
tidak pedikatif (Kridalaksana, 1993).
3.
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata
atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa (Ibrahim, dalam Mawadi,
2008:32)
Menurut
Hassanain (dalam Mawadi 2008:32) istilah frasa dalam bahasa Arab disebut dengan
١ﻠﺗﺮﻛﺐ/al-tarkību/.
Menurutnya, Frasa
dalam nahwu bahasa Arab adalah kalimat yang tidak disandarkan pada kata lain
yang terdiri atas dua kata dan dua kata tersebut mempunyai hubungan yang tidak
disandarkan, atau bentukan bahasa yang tersusun dari dua kalimat yang saling
terikat oleh bentuk, yang menjadikan keduanya satu kesatuan sehingga
memungkinkan untuk menggantikan satu kata saja.
Berdasarkan tipe strukturnya,
Ramlan(1981) dan Tarigan(1986) mengelompokkan frasa menjadi dua yaitu:
1. Frasa
Endosentis ﻏﻴﺮﻤﺨﺿﺔ/
gaira mahdatun/
2. Frasa
Eksosentris ﻤﺨﺿﺔ/mahdatun/
Frasa Endosentris dalam bahasa
Arab disebut dengan ﻏﻴﺮﻤﺨﺿﺔ/gaira
mahdatun/ yaitu frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah satu
atau semua unsurnya. Frasa endosentris sebagai frasa yang mempunyai hulu,
pusat, atau pokok. Artinya salah satu unsur frasa tersebut merupakan hulu,
pusat, atau pokok dan sebagai unsur pusat ia mempunyai persamaan distribusi
dengan frasa (Mawadi, 2008:37).
Frasa yang kedua yaitu frasa
eksosentris yang dalam bahasa Arab disebut dengan ﻤﺨﺿﺔ /mahdatun/
yaitu frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan salah satu
unsurnya (mawadi, 2008: 38).
Contoh
١ﻷﺳﺗﺎﺬﺬﻴﻗﺮﺃ
ﻔﻲ١ﻠﻤﻜﺗﺐ
/al-ustāzu yaqra’u fī al-maktabi/ “ pak guru
membaca di kantor”
١ﻷﺳﺗﺎﺬﺬﻴﻗﺮﺃﻔﻲ--
/al-ustāzu yaqra’u fī/ “pak guru membaca
di”
pada contoh di atas yang menjadi frasanya adalah ﻔﻲ١ﻠﻤﻜﺗﺐ/
fī almaktabi
/ karena tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan unsur-unsurnya.
Berikut ini adalah bentuk frasa
verbal dan frasa nominal dalam bahasa Arab diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Frasa
verbal
Frasa
verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata kerja
(Ramlan, 1986:158). Frasa verbal mempunyai paduan pokok kata kerja, yang
mempunyai bentuk bermacam-macam, seperti datang, duduk, hilang, lari, maju,
mundur dan lain sebagainya. Frasa ini boleh dikatakan paling sederhana.
Kategori berikutnya yaitu frasa verbal yang berawalan ber- seperti berangkat,
berlari, bertamasya dan lain sebagainya. Selanjutnya kategori ketiga yaitu
memakai awalan me- seperti menjerit, memanjat, meninggal dan lain-lain (
Samsuri, 1994:242).
Dalam
bahasa Arab kata kerja disebut dengan fi‘l, menurut Ghulayaini (1991:63)
fi‘l terbagi tiga bagian diantaranya fi‘l mudhari‘, fi‘l madi, fi‘l
amar.
b) Fi‘l
Mudhari‘ adalah kata yang menunjukkan arti dalam dirinya, yang dikaitkan
dengan waktu yang mengandung arti sekarang, atau yang akan datang ( Ghulayaini:
1991:64).
c) Fi‘l
madi adalah kata yang menunjukkan arti dengan sendirinya, dikaitkan dengan
waktu yang telah lampau ( Ghulayaini, 1991:63).
d) Fi‘l
Amar adalah kata yang menunjukkan tuntutan terjadinya perbuatan dari fi‘l
yang mukhattab( Ghulayaini, 1991: 64).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa frasa verbal itu berbentuk kata kerja dalam bahasa Arab
disebut dengan fi‘l.
2. Frasa
non verbal
Frasa non verbal terdiri
atas beberapa golongan diantaranya sebagai berikut:
a) Frasa
Nominal
Frasa nominal
adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal (Ramlan,
1986: 158). Menurut Al-khuli (1982:84)
Frasa nominal adalah kalimat yang dimulai dengan ism dan berbeda dengan
jumlah fi‘l-nya.
Frasa nominal
disebut juga dengan frasa benda, untuk menganalisis frasa nominal, sebuah
kategori cabang yang termasuk ke dalam frasa, berhubungan dengan kata ganti
nama atau persona. Pada dasarnya ada tiga macam persona, baik yang bersifat
tunggal maupun yang menunjukkan jamak (Samsuri, 1994: 238-239).
Persona
pertama tunggal terdapat pada kata aku dan saya, kemudian kata
ganti orang kedua tunggal terdapat pada engkau, anda, kamu. Kata ganti
nama ketiga secara jelas ialah Ia dan dia untuk tunggal dan mereka
untuk jamak. Untuk menunjukkan jamak juga sering dipakai kata para pada
bagian depan (Samsuri, 1994: 239).
Kategori kedua
yang terdapat pada frasa nominal ialah berhubungan dengan nama-nama, baik
nama-nama binatang seperti kuda, anjing, singa, burung dan lain-lain. Nama-nama
orang seperti Ahmad, Siti, Ali, Minah dan lain sebagainya. Selain nama orang
dan nama binatang yang terdapat pada frasa benda juga terdapat nama-nama lain
seperti nama kota,
kantor, sekolah, kapal, dan lain-lain sebagainya (Samsuri, 1994:239 ).
Dalam bahasa
Arab nominal disebut dengan ism, jadi bentuk frasa nominal dalam bahasa
Arab itu berupa benda ataupun ism.
b)
Frasa sifat
Frasa sifat
atau adjektiva menurut Nurhadi (1995:316) adalah frasa yang mempunyai
distrubusi yang sama dengan kata sifat. Menurut Al-khuli (1982:5) Frasa
sifat adalah frasa yang berperan sebagai sifat dalam satu kalimat tertentu dan
frasa sifat tersebut berbeda dari kalimat sifat dimana frasa sifat itu tidak
terdapat kata kerja sedangkan kalimat sifat itu membutuhkan kata kerja.
Frasa sifat
ini sangat terbatas bentuknya, yaitu suatu paduan pokok yang berbentuk kata
sifat dengan atau tanpa suatu paduan keterangan, seperti amat, sekali (
Samsuri, 1995:244).
Menurut Arifin
dan Junaiyah (2008:22) frasa adjektiva adalah frasa yang terdiri atas
gabungan beberapa kata atau yang terdiri atas induk berkategori adjektiva dan
modifikator berkategori apapun, asalkan seluruhnya berperilaku sebagai
adjektiva.
Contoh:
a. Amat cantik
b. Sungguh rajin
c. Agak nakal juga
c) Frasa
Adverbia
Frasa adverbia adalah frasa
yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan (Ramlan,1986: 177).
Menurut Al-khuli (1982:7) Frasa keterangan adalah frasa yang berfungsi
sebagai keterangan. Bentuk frasa adverbia atau keterangan adalah berupa
keterangan yang dalam bahasa Arab disebut dengan zharaf. Dalam bahasa
Arab zharaf terbagi dua yaitu zharaf zaman dan zharaf makan.
d) Frasa
Numerella
Menurut Arifin
dan Junaiyah (2008:24) frasa numerella adalah frasa yang terdiri atas numeralla
sebagai induk dan unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif
dengan nomina penggolong bilangan, dan nomina ukuran. Al-ghulayaini
menyebutkan frasa numerella dalam bahasa Arab adalah semua bilangan yang
terdiri dari dua kata yang mana diantara kedua kata tersebut ada kata
penghubung tetapi tidak disebutkan.
Frasa numerella
adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Contoh:
- Tiga ekor ayam
- Tiga puluh kilogram
beras
Kata tiga, tiga puluh dalam
frasa-frasa di atas termasuk golongan kata bilangan, sedangkan kata-kata ekor
dan kilogram dalam frasa-frasa di atas termasuk golongan kata
pelengkap. Jadi frasa bilangan tersebut terdiri dari unsur kata bilangan.
Unsur-unsur
dalam frasa adady atau numerella mempunyai hubungan yang padu. Artinya
unsur-unsur dalam frasa tersebut tidak bisa dipisahkan leh unsur yang lain dan
tidak bisa diubah urutannya. Apabila urutan bilangan dan nominal itu diubah
ataupun disisipi oleh unsur yang lain maka tidak lagi termasuk frasa adady (
Mawadi, 2008: 57).
Frasa numerella
atau bilangan mempunyai bentuk bilangan yang dalam bahasa Arab disebut dengan ‘adad.
e) Frasa
Preposisi
Frasa
preposisi adalah frasa yang terdiri atas preposisi dan nomina seperti di rumah
dan ke pasar (Lavoliwa, 1992:10). Preposisi pada dasarnya terikat pada nomina.
Ia berfungsi menyatakan hubungan antara nomina yang didahuluinya dengan
predikat kalimat. Secara lain dapat dikatakan bahwa preposisi merupakan
predikat peringkat rendah atau predikat sekunder yang disubordinasikan pada
predikat utama yang dinyatakan oleh verba (Lavoliwa, 1992:6)
Alisyabana
dalam Lavoliwa (1992:10) mendefinisikan frasa preposisi adalah kata-kata yang
menghubungkan kata benda dengan kata-kata yang lain serta menentukan sekali
sifat perhubungan itu.
Contoh:
- Ayah tidak ada di rumah
- Ibu sedang pergi ke pasar
Kata di dan ke pada
contoh di atas merupakan preposisi, sedangkan kata Rumah dan Pasar termasuk
nominal. Jadi jika disatukan menjadi frasa preposisi.
Dari uraian di
atas disimpulkan bahwa frasa preposisi adalah frasa yang berbentuk preposisi
atau dalam bahasa Arab disebut dengan harf jar diikuti oleh nominal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada 2 hal yang menyebabkan kesulitan kedua pembelajar bahasa
untuk mempelajari frasa, yaitu:
1. bentuk
frasa verbal dan frasa nominal yang bermacam-macam dan tidak bisa disandingkan
karena antara kedua bahasa memiliki kaidah khusus dalam mengkaji frasa.
2. bahasa
Arab adalah bahasa Fleksi dan bahasa Indonesia adalah bahasa aglutinatif,
sehingga sulit mensejajarkan beberapa pengertian dan contoh-contoh frasa.
3. cara
pembentukan frasa verbal dan frasa nominal dalam bahasa Arab sangat banyak dan
rumit sehingga menyulitkan bagi pembelajar Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab Frasa, Klausa, Kalimat.
Malang :
Misykat.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
----------------1994. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional.1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
kedua. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ejaan Yang Disempurnakan (Kep.
Mendikbud No. 0543 Th. 1987). Jakarta:
Bumi Aksara.
Lapoliwa,
Hans 1992. Frase Preposisi dalam bahasa
Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mawadi. 2008. Analisis Frasa dalam
Bahasa Arab. Medan: Skripsi Universitas Sumatra Utara.
Ramlan. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.
Yogyakarta: Karyono-Yogyakarta.
Samsuri. 1995. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas Linguistik.
Yogyakarta: Gajah
Mada University
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar