Sabtu, 10 Desember 2011

Unsur Fonologi dalam "Puisi Rayap" karya Ainun Najib


Unsur fonologi yang terdapat dalam puisi yang berjudul Puisi Rayap bagian 1 berupa pengulangan bunyi identik atau disebut dengan rima identik. Pengulangan tersebut pada pengulangan kata kita (8x), atau (2x), dan takabur (3x). Dalam puisi tersebut juga menggunakan kombinasi bunyi-bunyi parau, bunyi k, p, t, dan s. Bunyi-bunyi tersebut mendukung suasana yang dibangun penyair, yaitu suasana kacau. Pada Puisi Rayap bagian 1 tersebut menggambarkan bahwa dewasa ini banyak orang yang bersumpah tetapi kemudian hal itu dilanggar sendiri. Keadaan yang kacau semakin berantakan karena tingkah manusia yang sombong dan tidak tahu aturan.
Dalam Puisi Rayap juga menggunakan kombinasi bunyi likuida r dan l yang menggambarkan penuh curahan perasaan. Pada akhir setiap larik dapat dicermati rima akhirnya, yaitu /i/, /u/, /an/, /ar/, /o/. Pola persajakan dalam puisi ini cukup beragam sehingga sangat bervariasi. Bunyi-bunyi tersebut memberikan efek estetis tersendiri. Pilihan kat yang digunakan penyair dirangkai dengan gaya yang menarik dan didukung dengan bunyi-bunyi yang membuat puisi tersebut menjadi lebih enak dinikmati.
Walaupun suasana yang timbul dalam puisi tersebut adalah suasana yang tidak menyenangkan, pada beberapa larik juga terdapat bunyi-bunyi merdu (eufoni) seperti pada baris 2, 3, 7, 9, dan 12. Secara keseluruhan, bunyi-bunyi parau (kokofoni) memang mendominasi dalam puisi ini. Bunyi-bunyi kokofoni menjadi pendukung suasana kacau yang ingi disampaikan penyair. Hal tersebut terdapat pada penggalan puisi bagian 1 sebagai berikut.

1
Lho gimana sih kok jadinya kayak begini
Berantakan, serabutan, ruwet, buntu, absurd
Susah dirumuskan, apalagi dibereskan
Duh aduh, ini salah awalnya atau gimana
Atau karena badan kita ini terlalu besar
Sementara jiwa kita agak kerdil
Suka amat kita ini omong kosong
Besar kepala, ilmu kita tidak seberapa
Tapi hati kita takabur, takabur, takabur
Kita rajin sekali bersumpah di bawah kitab suci
Tapi diam-diam kita tahu
bahwa itu semua akan kita langgar sendiri

Pada Puisi Rayap bagian 2, penyair masih menggunakan pengulangan bunyi identik. Hal itu terlihat pada kata kita (8x) dan rayap (4x). Pada akhir larik, bunyi yang mendominasi adalah /a/, /o/, /i/, dan /u/. Pada Puisi Rayap bagian 2 ini didominasi oleh bunyi k, p, t, dan s atau yang disebut dengan kokofoni. Hal itu juga yang mendukung suasana tidak menyenangkan dalam puisi. Pada baris 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dikombinasikan oleh asonansi bunyi /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/ dengan bunyi r dan l yang menimbulkan eufoni. Berikut Puisi Rayap bagian 2.

2
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah
Tapi keropos
Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap
Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri
Temboknya bocor-bocor
Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain
Ada yang tahu bagaimana mengatasi
Soal-soal yang bikin sendiri ini?
Kayaknya kita harus menunggu
Irama pembusukan ini selesai

Pada Puisi Rayap bagian 3 penyair masih menggunakan pengulangan-pengulangan antara lain sampeyan, (6x), duh aduh (2x), air (5x), benar (2x), dan baik (2x). Rima pada akhir larik adalah /a/, /u/, /an/, /i/, dan /ar/. Selain itu, pada bagian 3 ini banyak digunakan kombinasi-kombinasi bunyi. Kombinasi tersebut adalah kombinasi bunyi vokal (asonansi): a, e, i, o, dan u dengan b, d, g, j, dan bunyi sengau m, n, ng, dan ny. Kombinasi bunyi tersebut menimbulkan bunyi yang merdu, tetapi yang membuat lebih merdu adalah likuida r dan l. Bunyi-bunyi merdu idealnya untuk menggambarkan suasana ringan atau gembira. Namun, pada Puisi Rayap penyair menggabungkan kata-kata tersebut untuk memperkuat situasi yang berat dan tidak menyenangkan. Berikut ini adalah kutipan Puisi Rayap bagian 3.

3
Duh, aduh, kena sampeyan sekarang
Semua jadi susah
Sampeyan sih kenceng melulu
Tegang, nabrak-nabrak
Membentur-benturkan kepala
Duh aduh, semua jadi berantakan
Atau menjelmalah air
Air tak bisa ditusuk
Air menghibur api, ia menguap
Tetapi kemudian cair kembali
Tapi kalau kemudian air dibendung
Cobalah menjelma udara
Kalau udara disedot
Maka jadilah gelombang
Dan kalau gelombang disadap
Maka jadilah ruh
Ruh ke sana ke mari menjadi cahaya
Cahaya menelusuri ke mana saja
Untuk mengubah kegelapan
Kadang-kadang sampeyan sudah benar
Tapi belum baik
Di saat lain, sampeyan sebenarnya sudah baik
Tapi belum benar

Seperti pada bait-bait sebelumnya, pada bagian keempat penyair masih menggunakan pengulangan bunyi identik. Bunyi-bunyi tersebut adalah saudara (2x), -nya (4x), dan mereka (2x). Rima pada akhir baris adalah /u/ dan /a/. Suasana pada bagian 4 ini juga masih suasana yang tidak menyenangkan. Untuk memperkuat suasana tersebut penyair menggunakan bunyi-bunyi sengau: m, n, ng, ny, dan bunyi likuida r dan l serta bunyi bersuara (voiced) seperti b, d, g, dan buyi aspiran s, h. Kombinasi-kombinasi bunyi tersebut menimbulkan suasana liris. Berikut kutipan Puisi Rayap bagian 4.

4
Duh aduh, kalau saudara-saudaraku
Pada suatu saat bisa menentramkan jiwanya
Merendahkan nafsu dunianya
Memedamkan api ambisinya
Serta merohaniahkan kePuisi Rayapibadiannya
Maka engkau memanggil mereka
Untuk kembali kepadaMu
Dan bergabung ke dalam
Kemesraan surgaMu.

Keindahan Puisi Rayap tersebut tidak lepas dari kepiawaian penyair dalam memadukan berbagai bunyi. Pilihan kata yang dipilih penyair telah tepat sehingga suasana yang tidak menyenangkan dalam puisi tersebut sangat dapat dirasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar