Unsur fonologi yang terdapat dalam puisi yang berjudul Puisi Rayap bagian 1 berupa pengulangan
bunyi identik atau disebut dengan rima identik. Pengulangan tersebut pada
pengulangan kata kita (8x), atau (2x), dan takabur (3x). Dalam puisi tersebut juga menggunakan kombinasi
bunyi-bunyi parau, bunyi k, p, t, dan s. Bunyi-bunyi tersebut mendukung
suasana yang dibangun penyair, yaitu suasana kacau. Pada Puisi Rayap bagian 1 tersebut menggambarkan bahwa dewasa ini banyak
orang yang bersumpah tetapi kemudian hal itu dilanggar sendiri. Keadaan yang kacau
semakin berantakan karena tingkah manusia yang sombong dan tidak tahu aturan.
Dalam Puisi Rayap
juga menggunakan kombinasi bunyi likuida r dan l yang menggambarkan penuh
curahan perasaan. Pada akhir setiap larik dapat dicermati rima akhirnya, yaitu
/i/, /u/, /an/, /ar/, /o/. Pola persajakan dalam puisi ini cukup beragam
sehingga sangat bervariasi. Bunyi-bunyi tersebut memberikan efek estetis
tersendiri. Pilihan kat yang digunakan penyair dirangkai dengan gaya yang menarik dan
didukung dengan bunyi-bunyi yang membuat puisi tersebut menjadi lebih enak
dinikmati.
Walaupun suasana yang timbul dalam puisi tersebut adalah
suasana yang tidak menyenangkan, pada beberapa larik juga terdapat bunyi-bunyi
merdu (eufoni) seperti pada baris 2, 3, 7, 9, dan 12. Secara keseluruhan,
bunyi-bunyi parau (kokofoni) memang mendominasi dalam puisi ini. Bunyi-bunyi
kokofoni menjadi pendukung suasana kacau yang ingi disampaikan penyair. Hal
tersebut terdapat pada penggalan puisi bagian 1 sebagai berikut.
1
Lho gimana sih
kok jadinya kayak begini
Berantakan,
serabutan, ruwet, buntu, absurd
Susah
dirumuskan, apalagi dibereskan
Duh aduh, ini
salah awalnya atau gimana
Atau karena badan
kita ini terlalu besar
Sementara jiwa
kita agak kerdil
Suka amat kita
ini omong kosong
Besar kepala,
ilmu kita tidak seberapa
Tapi hati kita
takabur, takabur, takabur
Kita rajin sekali
bersumpah di bawah kitab suci
Tapi diam-diam
kita tahu
bahwa itu semua
akan kita langgar sendiri
Pada Puisi Rayap
bagian 2, penyair masih menggunakan pengulangan bunyi identik. Hal itu terlihat
pada kata kita (8x) dan rayap (4x). Pada akhir larik, bunyi yang
mendominasi adalah /a/, /o/, /i/, dan /u/. Pada Puisi Rayap bagian 2 ini didominasi oleh bunyi k, p, t, dan s atau
yang disebut dengan kokofoni. Hal itu juga yang mendukung suasana tidak
menyenangkan dalam puisi. Pada baris 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 dikombinasikan oleh
asonansi bunyi /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/ dengan bunyi r dan l yang
menimbulkan eufoni. Berikut Puisi Rayap
bagian 2.
2
Jadi sekarang bangunan rumah kita megah
Tapi keropos
Tiang kayu-kayunya digerogoti rayap-rayap
Dan rayap-rayap itu tidak lain adalah diri kita sendiri
Temboknya bocor-bocor
Kita tambal, sambil membuat bocoran di tempat lain
Ada yang
tahu bagaimana mengatasi
Soal-soal yang bikin sendiri ini?
Kayaknya kita harus menunggu
Irama pembusukan ini selesai
Pada Puisi Rayap bagian 3 penyair masih menggunakan
pengulangan-pengulangan antara lain sampeyan,
(6x), duh aduh (2x), air (5x), benar (2x), dan baik
(2x). Rima pada akhir larik adalah /a/, /u/, /an/, /i/, dan /ar/. Selain itu,
pada bagian 3 ini banyak digunakan kombinasi-kombinasi bunyi. Kombinasi
tersebut adalah kombinasi bunyi vokal (asonansi): a, e, i, o, dan u dengan b,
d, g, j, dan bunyi sengau m, n, ng, dan ny. Kombinasi bunyi tersebut
menimbulkan bunyi yang merdu, tetapi yang membuat lebih merdu adalah likuida r
dan l. Bunyi-bunyi merdu idealnya untuk menggambarkan suasana ringan atau
gembira. Namun, pada Puisi Rayap
penyair menggabungkan kata-kata tersebut untuk memperkuat situasi yang berat
dan tidak menyenangkan. Berikut ini adalah kutipan Puisi Rayap bagian 3.
3
Duh, aduh, kena
sampeyan sekarang
Semua jadi susah
Sampeyan sih
kenceng melulu
Tegang,
nabrak-nabrak
Membentur-benturkan
kepala
Duh aduh, semua
jadi berantakan
Atau menjelmalah
air
Air tak bisa
ditusuk
Air menghibur
api, ia menguap
Tetapi kemudian
cair kembali
Tapi kalau
kemudian air dibendung
Cobalah menjelma
udara
Kalau udara
disedot
Maka jadilah
gelombang
Dan kalau
gelombang disadap
Maka jadilah ruh
Ruh ke sana ke mari menjadi
cahaya
Cahaya menelusuri
ke mana saja
Untuk mengubah
kegelapan
Kadang-kadang
sampeyan sudah benar
Tapi belum baik
Di saat lain,
sampeyan sebenarnya sudah baik
Tapi belum benar
Seperti pada bait-bait sebelumnya, pada bagian keempat
penyair masih menggunakan pengulangan bunyi identik. Bunyi-bunyi tersebut
adalah saudara (2x), -nya (4x), dan mereka (2x). Rima pada akhir baris
adalah /u/ dan /a/. Suasana pada bagian 4 ini juga masih suasana yang tidak
menyenangkan. Untuk memperkuat suasana tersebut penyair menggunakan bunyi-bunyi
sengau: m, n, ng, ny, dan bunyi likuida r dan l serta bunyi bersuara (voiced) seperti b, d, g, dan buyi
aspiran s, h. Kombinasi-kombinasi bunyi tersebut menimbulkan suasana liris.
Berikut kutipan Puisi Rayap bagian 4.
4
Duh aduh, kalau
saudara-saudaraku
Pada suatu saat
bisa menentramkan jiwanya
Merendahkan nafsu
dunianya
Memedamkan api
ambisinya
Serta
merohaniahkan kePuisi Rayapibadiannya
Maka engkau
memanggil mereka
Untuk kembali
kepadaMu
Dan bergabung ke
dalam
Kemesraan surgaMu.
Keindahan Puisi
Rayap tersebut tidak lepas dari kepiawaian penyair dalam memadukan berbagai
bunyi. Pilihan kata yang dipilih penyair telah tepat sehingga suasana yang
tidak menyenangkan dalam puisi tersebut sangat dapat dirasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar