BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Dalam sosiologi sastra, karya sastra memiliki hubungan yang
erat dalam pendidikan sastra. Hubungan-hubungn itu meliputi hubungan karya
dengan pembaca, karya dengan pengarang, karya dengan alam semesta, serta karya
dengan penerbit.
Karya sastra memuat berbagai macam nilai yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Hal itu sejalan dengan tujuan adanya
karya sastrra yang menyampaikan nilai-nilai sebagai pedoman dalam kehidupan.
Nilai-nilai dalam karya sastra itu salah satunya adalah nilai-nilai islami.
Nilai islami masih jarang disentuh dalam proses pembelajaran di sekolah,
sehingga diperlukan adanya sumber yang bisa dijadikan bahan pembelajaran guna mencapai pendidikan sesuai tujuan.
Dalam pembelajaran di sekolah, selain kurang disentuhnya
tentang pendidikan islami sebagai pembentuk karakter siswa, dalam pembelajaran
sastra khususnya fiksi hanya terbatas pada pembahasan novel dan cerpen. Padahal
selain kedua jenis fiksi tersebut ada satu karya sastra yang juga memiliki
unsure instrinsik dan ekstrinsik yaitu novelet. Novelet dapat dijadikan sumber
belajar siswa karena menarik dan juga memuat nilai-nilai yang bermanfaat dalam
masyarakat.
Karya sastra yang memuat nilai-nilai islami berupa novelet
tersebut salah satunya adalah novelet Pudarnya Pesona Cleopatra karya
Habiburrahman El Shirazy yang dipandang sangat tepat sebagai alternatif bahan
pembelajaran sastra di sekolah, khususnya SMA.
- Kajian Teori
1. Konsep
Nilai-nilai Islami
a.
Hakikat Nilai
Kattsoff (dalam Hediana, 2009: 20) mengatakan bahwa
hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara: Pertama, nilai
sepenuhnya berhakekat subyektif, tergantung kepada pengalaman manusia pemberi
nilai itu sendiri. Kedua, nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau
dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai
tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai
merupakan unsure-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Mengenai makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai
menpunyai beberapa macam makna. Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga
bermacam-macam.Rumusan yang bisa penulis kemukakan tentang makna nilai itu
adalah bahwa sesuatu itu harus mengandung nilai (berguna), merupakan nilai
(baik, benar, atau indah), mempunyai nilai artinya merupakan objek keinginan,
mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap “menyetujui” atau mempunyai
sifat nilai tertentu, dan memberi nilai, artinya menanggapi seseuatu sebagai
hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.
b.
Nilai-nilai Islami
1)
Akidah
Secara etimologis, akidah berarti ikatan, sangkutan,
keyakinan. Akidah secara teknis juga
berarti keyakinan atau iman. Dengan
demikian, akidah merupakan asas tempat mendirikan seluruh bangunan (ajaran)
islam dan menjai sangkutan semua hal dalam islam. Akidah juga merupakan sistem
keyakinan Islam yang dibangun atas dasar enam keyakinan atau yang biasa disebut
rukun iman yang enam. Dan Iman tidak hanya bertunpu pada ucapan lidah semata
(Suroyo, dkk: 35)
2)
Syariah
Secara etimologis, syariah berarti jalan ke sumber air
atau jalan yang harus diikut, yaitu jalan kea rah sumber pokok kehidupan, yaitu
Allah. Kajian syariah tertumpu pada masalah aturan Allah dan Rasul-Nya atau
masalah hukum. Aturan atau hukum ini mengatur manusia berhubungan dengan
Tuhannya (hablun minallah) dan
hubungan dengan sesamanya (hablun
minannas). Kedua hubungan manusia inilah yang menjadi ruang lingkup dari
syariah Islam (Suroyo, dkk: 36).
3)
Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab Al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak
dari kata Khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku, tabiat (Hamzah Ya’qub dalam Suroyo, dkk: 37).
Dengan pengertian tersebut jelaslah bahwa kajian akhlak adalah tingkah laku manusia,
atau tepatnya nilai dan tingkah lakunya, yang bias bernilai baik (mulia) atau
sebaliknya bernilai buruk (tercela).
2. Hubungan
Akidah, Syariah, dan Akhlak
Akidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang
sangat erat, bahkan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Meskipun demikian, ketiganya dapat
dibedakan satu sama lain. Akidah sebagai konsep atau sistem keyakinan yang
bermuatan elemen-elemen dasar iman menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan
agama. Syariah sebagai konsep dan syistem hukum berisi peraturan yang
menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak sebagai sistem nilai etika
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh agama. Oleh karena itu,
ketiga kerangka dasar tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang muslim.
Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran islam ibarat sebah pohon,
akarnya adalah akidah, sementara batang, dahan, dan daunnya adalah syariah,
sedangkan buahnya adalah akhlak.
3. Pengaruh
Nilai-nilai Islami terhadap Karya Sastra
Nilai-nilai islam yang ada dalam sistem ke masyarakat
dapat berpengaruh tehdapat tingkah laku seseorang atau masyarakat yang
meyakininya. Nilai-nilai itu mempengaruhi pola hidup, tingkah laku, dan
keyakinan, sehinggga seseorang mampu menjalankan keislamannya secara menyeluruh.
Seorang muslim yang mampu menjelaskan antara konsep islam dengan kehidupannya
sehari-hari maka dialah seoramg muslim yang sejati.
Pengalaman keislaman yang dimiliki pengarang dapat pula
mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya sastra. Habiburrahman adalah
seorang sastrawan yang memiliki kesadaran untuk menyampaikan nilai-nilai
tersebut, sehingga karya yang dibuatnya bernuansa islami.
4. Pembelajaran
Sastra
Dalam proses pembelajaran sastra, pengajar sastra
hendaknya memperhatikan modal awal yang dimiliki siswa. Seperti yang
diungkapkan Gilroy-Scott (dalam Herdiana, 2009: 27) yang menyatakan bahwa
pembelajaran sastra hendaknya tanggap terhadap berbagai hal (modal awal) apa
saja yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran, pengajar dituntut
memperhatikan pengetahuan sekecil apapun yang dimiliki siswa. Hal ini sesuai
dengan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menuntut siswa untuk
menjadi pelajar yang mandiri sedang pengajar (guru) berperan sebagai
fasilitator bagi siswa
- Metode Penelitian
1.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novelet Pudarnya
Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy.
2.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam peneitian ini,
untuk memperoleh data dipakai teknik baca dan catat, serta deskripsi
dalam pembahasan dan pengolahan data. Teknik baca dilakukan dengan cara membca
dan mengamati secara cermat dan teliti semua kalimat yang memiliki frasa
preposisi. Setelah kegiatan tersebut, dilakukan kegiatan pencatatan, yaitu
dengan mencatat atau mendokumentasikan semua data penelitian.
3.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menjaring data dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri (human
instrument).
4.
Analisis Data
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini bertujuan
mengkaji atau mendeskripsikan permasalahan yang akan diteliti sehingga
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Oleh karena itu, teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengalisis
data adalah sebagai berikut: (1) pengkodean, (2) pengkategorian, (3)
pendeskripsian, dan (4) interpretasi.
5.
Keabsahan
Keabsahan data dalam penelitian ini dicapai dengan
kegiatan yang meliputi analisis data secara kontinue, diskusi dengan teman
sejawat, dan diskusi atau konsultasi dengan dosen pembimbing. Dengan demikian,
untuk mencapai keabsahan data, peneliti melakukan cara mengkonsultasikan kepada
orang yang ahli dalam bidang yang bersangkutan (ekspert judgment), dalam hal ini adalah dosen pembimbing.
BAB II
PEMBAHASAN
Wujud-wujud
nilai islami yang terdapat dalam Novelet Pudarnya Pesona Cleopatra meliputi
wujud nilai-nilai akidah, syariah, akhlak. Nilai-nilai islami tersebut bisa
dijadikan sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di sekolah.
Wujud
nilai-nilai akidah dalam novelet Pudarnya Pesona Cleopatra meliputi iman kepada
Allah swt dan iman kepada kitab Allah. Wujud-wujud nilai syariah meliputi
puasa, pinangan, perkawinan, dan aqiqah dalam islam. Sedangkan nilai-nilai
akhlak meliputi akhlah pribadi dan akhlak dalam bergaul dalam masyarakat.
Dalam
proses pembelajaran sastra, pengajar sastra hendaknya memperhatikan modal awal
yang dimiliki siswa. Seperti yang diungkapkan Gilroy-Scott (dalam Herdiana,
2009: 27) yang menyatakan bahwa pembelajaran sastra hendaknya tanggap terhadap
berbagai hal (modal awal) apa saja yang telah dimiliki siswa. Dalam proses
pembelajaran, pengajar dituntut memperhatikan pengetahuan sekecil apapun yang
dimiliki siswa. Hal ini sesuai dengan Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang menuntut siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri sedang pengajar
(guru) berperan sebagai fasilitator bagi siswa.
Pembelajaran
sastra dapat berlangsung dengan baik, apabila pemilihan bahan ajaran
disesuaikan dengan perkembangan siswa. Pemilihan bahan pembelajaran sastra ini
sangat penting karena pembelajaran sastra yang berhasil akan membantu dalam
mencapai empat manfaat pembelajaran sastra: meningkatkan keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta
menunjang pembentukan watak.
Pemilihan
bahan pembelajaran sastra berupa novelet tidaklah berlebihan karena sebagai
sebuah karya fiksi, novelet memiliki unsur pembangun yang sama dengan noverl
atau cerpen. Perbedaan mendasar antara cerpen, novelet dan novel terletak pada panjang
pendeknya cerita sehingga berpengaruh terhadap konflik cerita, penyelesaian
permasalahan, dll. Persamaan ketiganya meliputi unsur instrinsik dan ekstrinsik
karya fiksi tersebut. Dengan begitu novelet dimungkinkan untuk dijadikan
alternative pemelajaran novel atau cerpen membuat siswa memiliki pengetahuan
bahwa karya fiksi tidak hanya cerpen dan novel, tetapi juga ada novelet.
Novelet
Pudarnya Pesona Cleopatra dapat dimanfaatkan sebagai alternative bahan
pembelajaran novel dan atau cerpen yang terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester 1 dan
kelas XI semester 1 yaitu sebagai berikut.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas X semester 1
Berbicara
Standar
Kompetensi:
Membahas
cerita pendek melalui kegiatan diskusi
Kompetensi
Dasar
6.2.
menentukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas XI semester 1
Membaca
Standar
Kompetensi:
Memahami
berbagai hikayat, novel Indonesia
atau novel terjemahan
Kompetensi
Dasar
7.2
Menganalisis unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.
Dalam
novelet Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy terdapat
beberapa wujud nilai-nilai islami yaitu nilai-nilai akidah yang meliputi iman
kepada Allah swt dan iman kepada kitab Allah. Selain itu juga terdapat
nilai-nilai syariah meliputi puasa, pinangan, perkawinan, dan aqiqah dalam
islam. Di samping itu terdapat nilai-nilai akhlak meliputi akhlah pribadi dan
akhlak dalam bergaul dalam masyarakat.
A.
Wujud nilai-nilai akidah dalam novelet Pudarnya Pesona
Cleopatra
1.
Iman kepada Allah
Iman kepada Allah swt merupakan rukun iman yang bertama.
Menurut Suroyo, dkk (2002: 35), iman kepada Allah adalah iman atau yakin bahwa
Allah adal ilah (sembahan) yang benar. Allah berhak disembah tanpa menyembah
kepada yang lain, karena Dialah pencipta hamba-hamba-Nya. Dialah yang memberi
rizki manusia.
Dalam novelet Pudarnya Pesona Cleopatra terdapat kutipan yang
menunjukkan keimanan kepada Allah.
“Aku benar-benar merana.
Satu-satunya harapanku hanyalah berkah dari Tuhan atas baktiku pada ibu yang
amat kucintai”
“Apakah aku telah menjadi
orang munafik karena telah mendustai diri sendiri dan banyak orang? Duhai
Tuhan, mohon ampunan”
Pada kutipan di atas, beriman kepada Allah menjadikan tokoh
“aku” menggantungkan harapan dan ampunan hanya kepada Allah swt. Tokoh aku
memohon ampunan kepada Allah karena telah menjadi orang munafik dengan
mendustai diri sendiri, walaupun begitu, tokoh aku telah berbakti kepada ibu.
Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan dengan
mencintai seseorang karena Allah dan ia pasrah dan mengembalikan segala duka
kepada Allah swt.
“Hanya Allah-lah tempat melabuhkan dukanya”
2.
Iman kepada Kitab Allah
Rasul telah beriman kepada Alquran yang telah diturunkan
kepadanya. Demikian pula orang-orang yang beriman, mereka percaya kepada Allah,
malaikat-malaikat, kitab-kitab rasulNya, dan hari akhir, serta qadha dan qadar
Allah swt. Alquran sebagai kitab suci yang diturunkan Allah merupakan obat bagi
orang-orang yang beriman sebagaimana dalam Alquran surat Al Isra: 82 yang artinya:
“Dan kami turunkan dari Alquran sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Dalam kutipan novelet Pudarnya Pesona Cleopatra adalah
sebagai berikut:
“Beruntung ia memiliki cahaya Alquran di dalam hatinya”
B.
Wujud nilai-nilai syariah dalam novelet Pudarnya Pesona
Cleopatra
1.
Puasa
Puasa dari segi bahasa berarti menahan atau mencegah.
Sedangkan dari segi istilah puasa berarti menahan makan dan minum serta
mencegah dari segala hal yang membatalkannya dari terbit fajar sampai tenggelam
matahari (Suroyo, dkk. 2002: 62). Puasa merupakan ibadah yang dilakukan dengan
cara menahan diri dari makan dan minum dengan jangka waktu yang telah
ditentukan oleh Allah swt. Puasa bagi seorang muslim merupakan proses yang
harus dijalani untuk mencapai derajat muttakin (orang-orang yang bertakwa).
Selain menahan lapar dan haus, puasa melatih manusia untuk
menahan syahwat dan mencegah ajaran-ajaran buruk dari nafsu syahwat.
Seperti dalam kutipan novelet Pudarnya
Pesona Cleopatra menunjukkan bahwa salah satu hikmah dari puasa adalah
tertahannya nafsu syahwat.
“Ya Rabb, tanpa
sepengetahuanku, selama dua bulan sebelum aku mengantarnya ke rumah ibu mertua
ia bahkan sering berpuasa demi meredam hasrat biologisnya yang tidak pernah
kupahami”
Pada kutipan di atas menunjukkan puasa yang dilakukan Raihana
bermaksud untuk menahan hasrat demi mensucikan dirinya dari jerat kehinaan.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa puasa merupakan perisai agar
terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela yang menjerumuskan manusia ke dalam
neraka. Sebagaimana hadist Rasulullah saw.
“Puasa adalah perisai dari neraka seperti perisai salah seorang dari
kalian dari perang” (Diriwayatkan Imam Ahmad)
2.
Pinangan
Pinangan atau lamaran dalam islam berarti penawaran dari
seorang laki-laki kepada perempuan untuk melangsungkan akad nikah. Saat proses
meminang, seorang laki-laki diperintahkan melihat calon istrinya. Sebagaimana
hadist Rasulullah saw:
“Apabila salah seorang diantara kalian hendak meminang seorang perempuan,
kemudian dia dapat melihat sekedar apa yang menarik untuk mengawininya, maka
kerjakanlah (HR. Abu Daud)
Dalam
novelet Pudarnya Pesona Cleopatra ada kutipan yang berkaitan dengan hal
tersebut, yaitu:
“Saat khitbah, sekilas kutatap wajah Raihana, dan benar kata di Aida, ia
memang baby face dan lumayan anggun.
3.
Perkawinan
Nikah merupakan jalan yang paling bermanfa’at dan paling
afdhal dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan nikah
inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah. Oleh
sebab itulah Rasulullah saw mendorong untuk mempercepat nikah, mempermudah
jalan untuknya dan memberantas kendala-kendalanya.
Nikah merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak
biologis dalam diri manusia, demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian dari
persilangan syar’i tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan
keturunan, hingga dengan perannya kemakmuran bumi ini menjadi semakin semarak.
Dalam novelet Pudarnya Pesona Cleopatra terdpat beberapa konsep tentang
pernikahan dalam islam.
C.
Wujud nilai-nilai akhlak dalam novelet Pudarnya Pesona
Cleopatra
1.
Akhlak Pribadi
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah
sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani.
Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri
kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau
psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh menderita.
Untuk itu manusia seharusnya bisa bersikap atau beraklak baik terhadap
tubuhnya.
Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri tersebut
adalah hal yang bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya.
Hal itu dapat membahayakan jiwa. Semua
itu merupaan penyakit hati yang harus dihindari. Hati yang berpenyakit seperti
iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran,
karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga
bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka sebagia seorang
muslim dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah
hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat
keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit
hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati
tersebut. Dalam novelet ini, hal yang
paling dominant adalah sikap mendustai diri sendiri yang dilakukan oleh tokoh
aku.
2.
Akhlak dalam Keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang
di antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai. Komunikasi
yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua
dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan
lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus
menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap,
tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi
surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan
pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa
selanjutnya.
3.
Akhlak dalam Bergaul atau Bermasyarakat
Akhlak baik terhadap manusia yang pertama adalah menahan diri
dari mengganggu mereka dari segala sisi. Memaafkan keburukan mereka dan
gangguan mereka terhadapmu, kemudian engkau bermuamalah dengan mereka dengan
muamalah yang baik dalam ucapan maupun perbuatan. Termasuk akhlak baik yang
paling khusus adalah sabar menghadapi mereka, tidak jenuh dengan mereka,
berwajah cerah, berkata lembut, berucap indah yang menyenangkan teman duduk,
memberikan kegembiraan pada teman, menghilangkan rasa tidak enak di hati
mereka, dan terkadang memberikan gurauan jika memang ada maslahat. Akan tetapi
tidak sepantasnya banyak bergurau atau guyonan. Karena bercanda dalam ucapan
seperti garam pada makanan. Kalau tidak ada garam, makanan terasa hambar, namun
bila terlalu banyak makanan menjadi asin. Dengan demikian, bila bercanda ini
tidak ada atau sebaliknya melebihi batasan, maka menjadi tercela.
Termasuk akhlak yang baik adalah bergaul kepada manusia
dengan apa yang pantas bagi mereka dan sesuai dengan keadaannya, dengan
memandang apakah orang yang diajak bergaul itu masih kecil atau sudah besar,
berakal atau terbelakang, seorang alim ataukah orang yang jahil/bodoh.
D.
Kesesuaian novelet Pudarnya Pesona Cleopatra sebagai
Alternatif pembelajaran sastra di SMA
Dari hasil kajian diketahui bahwa novelet Pudarnya
Pesona Cleopatra memiliki muatan nilai-nilai islami yang cocok untuk
pembelajaran sastra di SMA. Pembelajaran fiksi di sekolah hanya novel dan
cerpen, padahal selain itu ada novelet yang memiliki muatan yang sama dengan
cerpen dan novel. Hal yang membedakan dari ketiganya adalah drasi penceritaan.
Berdasarkan alas an tersebut, novelet dapat dijadikan alternative bahan
pembelajaran sastra di sekolah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), pembelajaran novel atau cerpen diajarkan pada SMA kelas X semester 1
dan kelas XI semester 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas X semester 1
Berbicara
Standar
Kompetensi:
Membahas cerita
pendek melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar
6.2. menentukan
nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas XI semester 1
Membaca
Standar
Kompetensi:
Memahami
berbagai hikayat, novel Indonesia
atau novel terjemahan
Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis
unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan.
KTSP
merupakan kurikulum yang memiliki unsur kebaruan, salah satu unsur kebaruan itu
adalah adalah kebebasan bagi guru untuk mengembangkan bahan ajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran sastra di sekolah tidak terlepas dari
kemampuan guru untuk memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan siswa. Pada
dasarnya KTSP merupakan kurikulum operasional yang tersusun dan dilaksanakan
dengan memperhatikan kondisi suatu pendidikan menyangkut potensi dan
karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat serta potensi ata
kemampuan bahasa secara praktek (Rahmanto, dalam Hediana: 38). Belajar sastra
haruslah berpangkal pada relisasi bahwa setiap karya pada dasarnya merupakan
kumpulan kata yang harus diteliti, dianalisis, dan diintegrasikan. Pengalaman dalam
bersastra dapat dimulai dengan mennganalisis verbal dan unsur pembangun karya
sastra.
Guru
bahasa Indonesia
dapat menjadikan novelet Pudarnya Pesona Cleopatra untuk dijadikan alternative
bahan pembelajaran sastra. Sebagaimana telah diuraikan di atas, novel Pudarnya
Pesona Cleopatra mengandung nilai-nilai islami yang meliputi akidah, syariah,
dan akhlak.
Dalam
proses pembelajaran sastra, guru terlebih dahulu memberikan tambahan
pengetahuan teori tentang karya fiksi. Hal ini dilakukan karena siswa juga telah
memiliki pengetahuan dasar tentang karya sastra. Selain itu, guru juga perlu
memberikan penjelasan bahwa terdapat beberapa karya yang memuat keislaman. Guru
menjelaskan nilai-nilai islami dalam sebuah karya sastra sebagai amanat yang
ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.
Kegiatan
pembelajaran sastra di kelas dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi unsur
instrinsik dan ekstrinsik novelet Pudarnya Pesona Cleopatra secara berkelompok.
Setelah dilakukan identifikasi unsur instrinsik dan ekstrinsik tersebut,
selanjutnya siswa mencari wujud nilai-nilai islami yang terdapat dalam novelet
tersebut. Apabila siswa kurang mengetahui wujud nilai islami, guru memberikan
salah satu contoh wujud nilai islami dalam novelet tersebut. Selanjutnya
nilai-nilai islami yang yang ditemukan sirna didiskusikan dengan kelompok lain
agar siswa dapat lebih memahami nilai-nilai islami dalam novelet tersebut dan
menambah pengetahuan dari kelompok lain yang belum ditemukan dalam kelompoknya.
Agar
pemahaman siswa lebih mendalam dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata,
siswa melakukan diskusi tentang bagaimana relevansi novelet Pudarnya Pesona
Cleopatra dengan kehidupan nyata. Pemahaman nilai-nilai islami siswa secara
benar dan pengaplikasian dalam kehidupan nyata merupakan salah satu hal yang
paling utama yang diperhatikan dalam KTSP yaitu peningkatan iman dan takwa
serta akhlak mulia yang menjadi dasar pembentukan kepribadian siswa secara
utuh.
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa novelet Pudarnya Pesona Cleopatra
karya Habiburrahman El Shirazy banyak mengandung nilai-nilai islami. Secara
garis besar nilai-nilai islami meliputi akidah (rukun iman), syariah (puasa,
pinangan, perkawinan, dan aqiqah) serta akhlak (pribadi dan masyarakat). Novelet
ini dapat mempengaruhi pembentukan karakter generasi muda karena di dalamnya
banyak contoh-contoh perbuatan baik.
Jika
dikaitkan dengan pembelajaran sastra, nilai keislaman yang terkandung dalam novelet
Pudarnya Pesona Cleopatra ini dan tema berbakti kepada orang tua yang dibumbuhi
dengan kisah cinta islami sesuai dengan yang diajarkan kepada siswa pada tahap
generalisasi. Hal ini dikarenakan pada tahap generalisasi siswa sudah mampu
untuk berpikir realistis dan mampu menganalisis suatu fenomena. Siswa diharapkan
mampu menentukan cara mereka berinteraksi dalam kehidupannya dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
hasil kajian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.
Nilai-nilai islami novelet Pudarnya Pesona Cleopatra
karya Habiburrahman El Shirazy meliputi
wujud nilai-nilai islami yaitu nilai-nilai akidah yang meliputi iman kepada
Allah swt dan iman kepada kitab Allah. Selain itu juga terdapat nilai-nilai
syariah meliputi puasa, pinangan, perkawinan, dan aqiqah dalam islam. Di
samping itu terdapat nilai-nilai akhlak meliputi akhlah pribadi dan akhlak
dalam bergaul dalam masyarakat.
2.
Novelet Pudarnya Pesona Cleopatra sebagai alternative
bahan pembelajaran di SMA banyak mengandung nilai-nilai islami. Hal itu sangat
penting agar dapat mempengaruhi pembentukan karakter generasi muda karena di
dalamnya banyak contoh-contoh perbuatan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hediana, Marli. 2009. Nilai-nilai
islami dalam Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dan
relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran di SMA. Yogyakarta:
Skripsi FBS UNY.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Suroyo, dkk. 2002. Din
Al-Islam. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wiyatmi. 2004. Pengantar
Kajian Sastra. FBS UNY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar