KEKONTRASTIFAN
FONOLOGI
BAHASA
ARAB DAN INDONESIA
Fonologi adalah ilmu yang
membahas tentang bunyi-bunyi bahasa. Fonologi umumnya dibagi 2 yakni, fonemik
(fonem) yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang berfungsi sebagai pembeda
makna dan fonetik yang membahas bagaimana bunyi-bunyi ujaran itu dihasilkan
oleh alat ucap manusia.
1.
Pengertian
Vokal, Konsonan, dan Semi Vokal
Secara umum bunyi
bahasa dibedakan atas; vokal, konsonan, dan semi vokal. Pembedaan ini
didasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara.
Bunyi disebut vokal bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi
tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja.
Hambatan yang hanya terjadi pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi
(Verhaar via Marsono, 1999:16).
Bunyi disebut konsonan
bila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat
bicara, jadi ada artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai
dengan bergetarnya pita suara, jika ini terjadi maka yang terbentuk adalah
konsonan bersuara. Jika artikulasi ini
tidak disertai dengan bergetarnya pita suara, glotis dalam keadaan terbuka maka
bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Bunyi semi vokal adalah
bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu
diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut
semi vokal atau semi konsonan.
Pada makalah ini akan
dibahas lebih lanjut vokal dan konsonan saja.
2.
Vokal
Dalam Bahasa Indonesia
Fonem resmi dalam
bahasa Indonesia ada 32 buah, yang terdiri atas 6 buah fonem vokal, 3 buah
fonem diftong, dan 23 fonem konsonan. Semua fonem-fonem tersebut dihasilkan
oleh alat ucap manusia, dari batang tenggorokan sampai ke bibir beserta udara
yang ke luar ketika kita bernapas.
Vokal dalam bahasa
Indonesia ada dua macam yaitu, monoftong dan diftong.
2.1.
Monoftong
Monoftong atau vokal
murni (pure vowels) ialah bunyi vokal tunggal yang terbentuk dengan kualitas alat
bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah
suku kata (Kridalaksana via Marsono, 1999:36). Secara praktis monoftong atau
vokal tunggal biasa hanya disebut dengan istilah vokal saja. Dalam arti bahwa
yang dimaksud dengan istilah vokal adalah vokal tunggal, sedangkan diftong
adalah vokal rangkap.
Tabel Vokal Bahasa Indonesia
No
|
Vokal
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Tinggi rendah lidah
|
Gerak lidah bagian
|
Striktur
|
Bentuk bibir
|
Contoh kata
|
||
1
|
[i]
|
Tinggi
atas
|
Depan
|
Tertutup
|
Tak
bulat
|
ini, ibu
|
2
|
[I]
|
Tinggi
bawah
|
Depan
|
Semi-tertutup
|
Tak
bulat
|
Pinggir, kerikil
|
3
|
[e]
|
Madya
atas
|
Depan
|
Semi-tertutup
|
Tak
bulat
|
ekor, enak
|
4
|
[Ɛ]
|
Madya
bawah
|
Depan
|
Semi-terbuka
|
Tak
bulat
|
Nenek,
leher
|
5
|
[a]
|
Rendah
bawah
|
Depan
|
Terbuka
|
Tak
bulat
|
ada, apa
|
6
|
[ǝ]
|
Madya
|
Tengah
|
Semi-terbuka
|
Tak
bulat
|
emas, elang
|
7
|
[ɔ]
|
Madya
bawah
|
Belakang
|
Semi-terbuka
|
Bulat
|
otot, tokoh
|
8
|
[o]
|
Madya
atas
|
Belakang
|
Semi-tertutup
|
Bulat
|
toko,
kado
|
9
|
[U]
|
Tinggi
bawah
|
Belakang
|
Semi-tertutup
|
Bulat
|
ukur, urus
|
10
|
[u]
|
Tinggi
atas
|
Belakang
|
Tertutup
|
Bulat
|
udara, utara
|
(Marsono,
1999:37)
|
2.2.Diftong
Diftong atau vokal
rangkap mempunyai ciri waktu diucapkan posisi lidah yang satu dengan yang lain
saling berbeda. Perbedaan iu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, dan strikturnya (jarak lidah dengan langit-langit).
Diftong naik Bahasa
Indonesia:
1. Diftong
naik-menutup-maju [aI], misalnya dalam: pakai,
lalai, pandai, nilai
2. Diftong
naik-menutup-maju [oi], misalnya dalam: amboi,
sepoi-sepoi
3. Diftong
naik-menutup-mundur [aU], misalnya dalam: saudara,
lampau, pulau
Dalam
Bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak ada.
3.
Vokal Dalam Bahasa Arab
Ada
tiga bunyi vokal dalam bahasa Arab:
a.
أ (Alif)
Makhroj
(tempat keluarnya huruf) alif yaitu udara keluar dari pangkal tenggorokan.
b. و (Wawu)
Makhroj
wawu yaitu udara keluar dari bertemunya dua bibir dan membentuk bulatan.
c. ي (Ya)
Makhroj
ya yaitu udara keluar dari bagian tengah lidah yang bertemu langit-langit
4.
Kontrastif Vokal Bahasa Indonesia dan Arab
Vokal bahasa Indonesia dan bahasa
Arab mempunyai perbedaan yaitu:
1.
Vokal bahasa Indonesia
varian fonemnya lebih banyak dibanding bahasa Arab. Bahasa Indonesia berjumlah
sepuluh fonem sedang Arab hanya ada tiga fonem.
2. Vokal
dalam bahasa Arab bisa mempengaruhi panjang pendek kata/ kalimah di mana
panjang pendeknya itu mempengaruhi makna. Sedangkan vokal dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dipanjang-pendekkan dan tidak mempengaruhi makna.
3. Di
dalam bahasa Arab hanya ada monoftong, tidak ada diftong, berbeda dengan bahasa
Indonesia yang mempunyai vokal diftong.
4. Vokal
bahasa Arab ketika berdiri sendiri dapat menjadi sebuah kata dan mempunyai
makna, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak dapat berdiri sendiri harus
bergabung dengan fonem yang lain dalam membentuk kata dan makna.
5.
Konsonan
dalam Bahasa Arab
Konsonan-konsonan dalam
bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1.
ba bilabial/letupan/bersuara
2.
mim bilabial/nasal/bersuara
3.
waw bilabial/geseran/bersuara/semivokal
4.
fa labiodental/geseran/tidak
bersuara
5.
tsa apikodental/geseran/tidak bersuara
6.
dzal apikodental/geseran/bersuara
7.
dzo apikodental/geseran/bersuara/tebal
8.
sin apikodental/geseran/tidak
bersuara
9.
zai apikodental/geseran/bersuara
10.
shod apikodental/geseran/tidak
bersuara
11.
ta apikoalveolarl/letupan/tidak
bersuara
12.
tho apikoalveolar/letupan/bersuara/tebal
13.
dal apikoalveolar/letupan/bersuara
14.
lam apikoalveolar/sampingan/bersuara
15.
nun apikopalatal/sampingan/bersuara
16.
ra apikopalatal/geseran/nasal/bersuara
17.
dhot apikopalatal/geseran/bersuara/sampingan/tebal
18.
syin apikopalatal/geseran/tidak
bersuara
19.
jim apikopalatal/letupan/bersuara
20.
ya apikopalatal/gesera/bersuara/semivokal
21.
kaf dorsouvular/letupan/tidak
bersuara
22.
qaf dorsouvular/letupan/bersuara
23.
ghain faringal/geseran/bersuara
24.
kha faringal/geseran/tidak
bersuara
25.
ha faringal/geseran/tidak
bersuara
26.
ain faringal/geseran/bersuara
27.
ha faringal/geseran/tidak
bersuara
28.
hamzah faringal/letupan/bersuara
6.
Konsonan
dalam Bahasa Indonesia
1.
B bilabial/letupan/bersuara
2.
P bilabial/letupan/tidak
bersuara
3.
M bilabial/nasal/bersuara
4.
W bilabial/geseran/bersuara
5.
F labiodental/geseran/tidak
bersuara
6.
V labiodental/geseran/bersuara
7.
T apikodental/letupan/tidak
bersuara
8.
L apikoalveolar/sampingan/
bersuara
9.
N apikoalveolar/geseran/nasal/bersuara
10.
R apikoalveolar/geseran/berulang/bersuara
11.
S laminoalveolar/geseran/tidak
bersuara
12.
Z laminoalveolar/geseran/
bersuara
13.
D apikopalatal/letupan/bersuara
14.
Sy laminoalveolar/geseran/tidak
bersuara
15.
C mediopalatal/letupan/tidak
bersuara
16.
J mediopalatal/campuran/bersuara
17.
Y mediopalatal/geseran/bersuara/semivokal
18.
Ny mediopalatal/geseran/bersuara/nasal
19.
K dorsovelar/letupan/tidak
bersuara
20.
G dorsovelar/geseran/bersuara
21.
Kh dorsovelar/geseran/tidak
bersuara
22.
Ng dorsovelar/geseran/bersuara/nasal
23.
H pharyngal/geseran/tidak
bersuara
24.
Hamzah glottal/letupan/antara
7.
Kontrastif
antara Konsonan Arab dengan Konsonan Indonesia
1.
Konsonan yang bersamaan
a.
B dan Ba bilabial/letupan/bersuara
b.
M dan Mim bilabial/nasal/bersuara
c.
W dan Waw bilabial/geseran/bersuara
d.
F dan fa labiodental/geseran/tidak
bersuara
e.
K dan kaf dorsovelar/letupan/tidak bersuara
f.
Q dan qaf dorsouvular/letupan/bersuara
g.
H dan Ha pharyngal/geseran/tidak bersuara
2.
Konsonan yang Berbeda
Sifat atau Makhraj
a. sin
(apikodental/geseran/tidak bersuara), sedangkan S (laminoalveolar/geseran/tidak
bersuara)
b. zai
(apikodental/geseran/bersuara), sedangkan Z (laminoalveolar/geseran/ bersuara)
c. ta
(apikoalveolarl/letupan/tidak bersuara), sedangkan T (apikodental/letupan/tidak
bersuara)
d. dal
(apikoalveolar/letupan/bersuara), sedangkan D (apikopalatal/letupan/bersuara)
e. lam
(apikoalveolar/sampingan/bersuara), sedangkan L (apikoalveolar/sampingan/
bersuara)
f. nun
(apikopalatal/sampingan/bersuara), sedangkan N
(apikoalveolar/geseran/nasal/bersuara)
g. ra (apikopalatal/geseran/nasal/bersuara),
sedangkan R (apikoalveolar/geseran/berulang/bersuara
h. syin (apikopalatal/geseran/tidak
bersuara), sedangkan Sy (laminoalveolar/geseran/tidak bersuara)
i.
jim
(apikopalatal/letupan/bersuara), sedangkan J (mediopalatal/campuran/bersuara)
j.
ya
(apikopalatal/gesera/bersuara/semivokal), sedangkan
Y(mediopalatal/geseran/bersuara/semivokal)
k. ghain
(faringal/geseran/bersuara), sedangkan G (dorsovelar/geseran/bersuara)
l.
kha
(faringal/geseran/tidak bersuara), sedangkan Kh (dorsovelar/geseran/tidak
bersuara)
m. hamzah
(faringal/letupan/bersuara), sedangkan hamzah (glottal/letupan/antara)
3. Konsonan
yang ada dalam Bahasa Arab, Tidak Ada dalam Bahasa Indonesia
a.
tsa apikodental/geseran/tidak
bersuara
b.
dzal apikodental/geseran/bersuara
c.
dzo apikodental/geseran/bersuara/tebal
d.
shod apikodental/geseran/tidak
bersuara
e.
tho apikoalveolar/letupan/bersuara/tebal
f.
ra apikopalatal/geseran/nasal/bersuara
g.
lam apikoalveolar/sampingan/bersuara
h.
dhot apikopalatal/geseran/bersuara/sampingan/tebal
i.
ha faringal/geseran/tidak
bersuara
j.
ain faringal/geseran/bersuara
4. Konsonan
yang ada dalam Bahasa Indonesia, Tidak Ada dalam Bahasa Arab
a.
P bilabial/letupan/tidak
bersuara
b.
V labiodental/geseran/bersuara
c.
C mediopalatal/letupan/tidak
bersuara
d.
Ny mediopalatal/geseran/bersuara/nasal
e.
Ng dorsovelar/geseran/bersuara/nasal
8.
Cara
Artikulasi Konsonan
a. Konsonan
tebal (mufakhamah) adalah konsonan
yang diucapkan pangkal lidah diangkat ke atas.
b. Konsonan
tipis (muraqqaqah) adalah konsonan
yang diucapkan pangkal lidah tidak diangkat ke atas.
c. Konsonan
berulang (tikrariah) adalah konsonan
yang terjadi dengan menutup dan membuka saluran udara berkali-kali, sehingga
bunyi yang keluar terasa seperti terputus-putus.
d. Konsonan
sampingan (janabiyah) adalah konsonan
yang terjadi dengan penutupan saluran udara di bagian tengah rongga mulut.
Daftar
Pustaka
Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sukamto, Imaduddin, Akhmad Munawari.
2008. Tata Bahasa Arab Sistematis. Yogyakarta:
Nurma Media Ide.
Zakaria, A. 2006. Ilmu Nahwu Praktis. Garut: Ibn Azka
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar