|
ORGANISASI OKE, AKADEMIS OKE
“Muti, ke sini sebentar…!” panggil Pak Dani.
“Ini lho Pak, salah
satu kandidat ketua rohis.”
“O…iya..iya.., terima kasih ya, Pak!” jawab Pak Andi. “Saya ke kantor dulu, assalamu ‘alaikum…”
“Wa ‘alaikumussalam…” jawab Pak Dani dan Mutia.
“Mutia, kamu jadi ketua
rohis ya!”
“Lho.. bukannya kata
bapak saya baru jadi kandidat ketua rohis?”
“Saya sudah koordinasi
dengan Bu Ani dan Bu Iin, dan dari beberapa kandidat rohis yang saya ajukan, mereka sepakat
memilih kamu.”
“O…” Mutia masih kaget dengan perkataan Pak Dani.
“Nanti kamu bentuk
kepengurusannya ya…!
“Iya, Pak…
terima kasih. Saya ke kelas dulu, assalamu ‘alaikum,” pamit Mutia seraya meninggalkan lapangan
upacara.
“Wa‘alaikumussalam warohmatullahi wabarakatuh…”
Lapangan upacara sudah
mulai sepi ditinggalkan murid-murid setelah melaksanakan upacara bendera
sekaligus bersalam-salaman menyambut datangnya bulan Ramadhan. Mereka segera menuju ke kelas
masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.
* *
*
“Ada PR apa kemarin kamis? Dari kemarin mau tanya lupa terus. Kemarin
kamis kan aku nggak masuk…” tanya Mutia.
“O...iya, kemarin kan
kamu ikut lomba Olimpiade Komputer. Gimana menang nggak?”
“Kamu tu gimana sih... aku tanya malah kamu tanya balik...! Kemarin aku nggak menang,
soalnya susah banget!”
“O…” jawab Ifa.
“Kemarin PR-nya apa? Malah jawab o…” tanya Mutia sambil sewot.
Ifa nyengir
“Sori..sori... Kemarin
kamis itu ngumpulin tugasnya bu killer terus besok minggu depan ulangan IPS dari bab 1 sampai bab 2, bahasa
Inggris disuruh ngumpulin tugas bab pertama minggu depan, matematika cuma
nyatet ama latihan soal, Pkn nggak ada
PR,” jawab Latifah sambil
mengingat pelajaran Kamis lalu.
“Aku baru inget, kamu belum ngumpulin tugasnya Bu killer kan? Kemarin katanya kamu mau nitipin tugasnya ke aku?” tanya Ifa.
“Iya.. kemarin aku itu dah ngerjakan, tapi susah banget… Terus aku juga
harus latihan komputer, masak
iya sih mau lomba nggak latihan! Nanti deh aku ngomong ama Bu Anti. Makasih ya
infonya.”
“Sama-sama, Ti. Eh ayo
masuk udah bel tuh!” ajak Ifa.
* *
*
Murid-murid mulai berdatangan. Mereka sudah mulai berkumpul di lapangan.
Hari ini akan diadakan
upacara bendera dalam rangka Hari Kemerdekaan RI, meski dalam kondisi berpuasa.
“Nanti rapat rohis ya
setelah upacara, kumpulnya di depan mushala,” ajak Mutia.
“Insya Allah, tapi nggak lama kan? Mau ngapain sih?” tanya Sinta.
“Nggak lama kok, cuma mau bentuk pengurus rohis,” jawab Mutia. “Nanti tolong beritahu temen satu kelasmu yang
ikut rohis ya! Aku juga nanti bilang sama temen satu kelasku kok! Dah dulu ya,
aku mau kumpul sama teman satu kelasku dulu.”
Mutia menuju kerumunan teman-teman satu kelasnya. Mereka tampak sibuk
mengerjakan sesuatu.
“Mutia, kamu dah
ngerjakan PR Bahasa Inggrisnya Bu Ima belum?” tanya Dina.
“Udah kok, tapi belum
selesai…!” jawab Mutia. Mutia mendekati Ifa. “Ifa, kamu dah selesai belum
PR-nya?”
“Aku dah selesai, tapi task
terakhir nggak dong. Jadi nggak
ku kerjain. Kamu dah selesai
belum?” Ifa tanya balik.
“Belum selesai, kemarin aku ngejar target ngajiku dulu, baru ngerjain PR.
Nanti mau kuselesaikan pulang sekolah. Nanti ikut rapat rohis, ya, pulang sekolah di depan mushala.”
“Iya, nanti aku bisa. Kamu tu kok sekarang tambah rajin, ya! Tugas telat mulu! Jangan kebanyakan
kegiatan lho… nanti prestasimu turun,” jawab Ifa dengan sedikit mengejek.
Mutia terdiam, ia berpikir
sambil merenung. “Bener juga yang dikatakan Ifa, tugasku akhir-akhir ini
terlambat terus. Tadi pagi aja aku dimarahin bapakku. Gara-gara aku tidur habis
sholat subuh di masjid, aku jadi kesingan bangun. Terus bapakku berangkat
duluan, aku ditinggal. Padahal biasanya aku diantar bapakku. Untung ada kakakku
yang mau nganterin aku. Untung juga aku nggak terlambat,” Mutia bicara sendiri.
“Apa yang harus kulakukan? Aku nggak mau prestasiku turun, aku juga nggak
mau ninggalin organisasi-organisasi yang aku jalani. Apalagi jabatanku di
organisasi cukup penting. Di
rohis aku jadi ketua, di pramuka aku jadi sekretaris, di kelas aku juga jadi
sekretaris. Pusing…pusing…pusing…!” gumam Mutia.
Kring…kring… bel berbunyi. Tandanya upacara segera dimulai. Semua murid
berhamburan menyesuaikan diri pada barisan masing-masing.
* *
*
“Sekian rapat rohis hari ini, dimohon kerjasamanya untuk kegiatan
selanjutnya. Kita rapat lagi hari Kamis, tanggal 19 Agustus, untuk membahas
proker selanjutnya. Kurang lebihnya mohon maaf. Kita tutup acara ini dengan
membaca hamdallah bersama-sama,”
tutup Mutia. “Alhamdulillahirabbil‘alamin. Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
“Wa‘alaikumussalam
warahmatullahi wabarakatuh,”
jawab semuanya serentak.
Mereka saling
bersalam-salaman sebelum pulang. Satu per satu meninggalkan mushala. Hanya
tinggal Ara di sana.
“Mut, kamu pulang
bareng aku aja yuk!” ajak Ara.
“Ayo aja, tapi aku mau menyelesaikan PR Bahasa Inggrisku dulu.”
“Ya nggak papa, aku juga kok. Ajari sekalian ya..!”
“Iya deh!” Jawab Mutia.
Mutia dan Ara
mengerjakan PR bersama-sama hingga selesai, lalu tugas itu segera dikumpulkan
di meja Bu Ima di kantor Guru. Sesampainya di depan ruang guru, ternyata sudah
tutup.
“Wah, udah tutup,
gimana dong Ra?” tanya Mutia
“Iya, gimana dong…! Eh,
liat.. belum digembok kok!” jawab Ara sambil memperhatikan pintu ruang guru.
“Untung aja, Alhamdulillah. Ayo kita kumpulkan!” sambil meletakkan di
meja Bu Ima.
“Yuk, pulang sekarang!” ajak Ara.
“Let’s go!” jawab Mutia.
* *
*
“Temen-temen, nanti
jangan pulang dulu, ya! Kita mau
rapat buat buber kelas kita,”
Dina mengumumkan di depan kelas sepulang sekolah.
“Kok kamu nggak bilang
sama aku kalau hari ini ada rapat kelas?” tanya Mutia. “Hari ini kan ada rapat
rohis juga!”
“Kamu juga nggak bilang
kalau hari ini ada rapat rohis, seharusnya kamu koordinasi dong sama aku!”
jawab Dina.
“Ya deh, maaf. Aku lupa ngasih tau kalau ada rapat rohis hari ini. Gini
aja, aku rapat kelas dulu nanti baru rapat rohis.”
“Ya.. itu terserah
kamu!” jawab Dina judes.
“Temen-temen, gimana
kalau kita buber di rumah Yuli? Kalau disana kita free. Yuli mau ngasih buber gratis! Mau?” Dina memulai rapat kelas.
“Rumah Yuli kan jauh
banget, transportasinya kan sama aja!” balas Ara. “Gimana kalau bubernya di
Dapur Sambal aja? Kan deket dari sekolah, harganya juga nggak terlalu mahal!”
“Siapa yang setuju?” tanya Dina.
“Di sana aja, Din! Biar
semuanya bisa ikut,” jawab Ifa.
“Oke, terus tanggal berapa ama jam berapa?” lanjut Dina
“Gimana kalau jam
setengah lima. Tanggal 30 Agustus aja, hari Senin. Kalau hari Selasa, hari Rabunya
kan praktek, kasian yang timbang bahan. Kalau hari Rabu, Kamisnya ulangan Bu Killer.
Setuju?” usul Ara.
“Usul bagus tuh! Yang lain setuju nggak?”
“Setuju..!” jawab yang
lain serentak.
“Oke deh, jadi bubernya di Dapur Sambal, hari Senin, tanggal 30 Agustus
2010 jam setengah lima sore. Rapatnya sampai di sini dulu, makasih ya dah mau dateng,” Dina menutup rapat.
“Mut, jadi rapat rohis
nggak?” tanya Ifa.
“Aduh, maaf banget kayaknya nggak bisa deh, gimana kalau besok! Soalnya
Sinta tadi juga dah nunggu di
depan mushola, tapi sekarang mungkin dah pulang,” jawab Mutia.
“Makanya, lain kali
kalau ada rapat rohis itu kasih kabar dulu!” balas Ifa sambil pergi.
* *
*
Sesampainya di rumah,
Mutia langsung menuju kamarnya. Ia menangis sesegukan.
“Kenapa aku sekarang jadi begini? Sejak aku ikut organisasi, semuanya
jadi kacau. Tugas kacau,
organisasi kacau.., semuanya nyalahin aku. Enggak Ifa enggak Dina. Padahal
mereka teman dekatku,” Mutia
berbicara sendiri sambil menangis. “Kalau begini prestasiku….?” Mutia tak
sanggup melanjutkan kata-katanya. Dia terus menangis hingga akhirnya teretidur.
Setelah bangun tidur,
ia segera mandi dan shalat asyar. Lalu ia berdoa setelah shalat.
“Ya Allah, tolonglah
hamba-Mu ini. Hamba bingung atas ujian ini! Berikanlah jalan keluar atas
masalah hamba, agar semuanya dapat kembali seperti dulu lagi..! Amin….”
“Sekarang aku tau akar permasalahannya,” Mutia teringat dulu pernah membaca buku tentang ‘Manajemen
Waktu’. “Masalahku hanya karena aku tidak bisa membagi waktu antara belajar dan
menjalankan organisasi.”
Mutia mengambil secarik kertas dan sebuah bolpen. Ia mulai menuliskan
agenda untuk besok.
“Besok pulang sekolah pukul 12.35, setelah itu shalat dhuhur baru
dilanjutkan rapat rohis. Setelah
rapat, aku harus pulang cepat. Masih ada PR yang belum selesai, PR IPA dari
LKS, PR Matematika 10 soal. Minggu depan ulangan IPS-nya Bu Anti. Aku harus
belajar supaya nilaiku bagus. Sorenya, mengajar TPA sampai buka puasa. Malamnya
shalat tarawih dan witir di masjid.” Mutia membuat agenda kegiatan untuk
dirinya sendiri.
“Ehm, apalagi yang
kurang ya? O..iya.. setelah shalat di masjid, melanjutkan mengaji. Aku harus
bisa khatam Al-Qur’an dalam satu bulan. Lalu, menata buku di tas untuk jadwal
besok dan gosok gigi. And the last, go to bed!” Mutia selesai
membuatnya. Ia berharap agenda yang ia rencanakan tidak meleset.
* *
*
Keesokan harinya, ia
mulai menjalankan agendanya.
“Alhamdulillah… PR IPA
sama PR Matematika benar semua. Rapat rohis berjalan dengan lancer,” ucap Mutia. “Mungkin ini jawaban atas
permintaanku kemarin. Terima kasih Ya Allah…”
“Mut.. Mutia tunggu….!”
panggil Ifa dan Dina.
“Ada apa?”
“Tadi, aku ketemu Bu
Anti, katanya kamu disuruh ketemu beliau di kantor guru!” jawab Ifa.
“Aduh… ada masalah apa
lagi ini? Temenin aku yuk!” ajak Mutia.
“Yuk, aku juga lagi
nggak sibuk. Kamu ikut juga ya Din!”
“Oke deh…!” jawab Dina singkat.
* *
*
“Maaf, tadi ibu memanggil saya? Ada apa ya, Bu?” tanya Mutia dengan nada
takut.
“Kamu belum mengerjakan
Latihan soal ya? Mengapa tidak dikerjakan?” tanya Bu Anti.
“Maaf bu, kemarin kamis saya ikut lomba Olimpiade Komputer, sehingga
tidak mengumpulkan latihannya.”
“Kan bisa dititipkan ke temannya!”
“Kemarin saya sudah mengerjakan tetapi belum selesai. Saya terus terang
kemarin fokus untuk berlatih karena mau ikut lomba tersebut. Maaf ya, bu…!”
“Begini saja, ibu beri
waktu kamu sampai Kamis depan. Kerjakan semua soal latihannya beserta soal
perbaikannya, karena nilaimu belum masuk,” jawab Bu Anti sambil tersenyum.
“Terima kasih, Bu! Besok kamis akan saya kumpulkan. Mari, Bu!” balas
Mutia. Ia segera keluar dari kantor guru.
“Alhamdulillah, Fa,
Din! Ternyata Bu Anti nggak se-killer yang kuduga. Aku dikasih waktu
buat ngerjakan soal latihan sampai besok Kamis,” seru Mutia.
“Alhamdulillah…” balas
Ifa dan Dina berbarengan.
“Kalian udah nggak
marah ama aku?” tanya Mutia.
“Siapa yang marah sama kamu
lagi, Mut ... Mut!” balas
Dina.
“Orang kemarin aja,
kita cuma ngasih saran buat kamu!” sahut Ifa.
“Berarti, aku-nya aja
yang agak sensi. Maaf ya!”
“Iya, iya…, kita juga minta maaf
kalau ada salah!” jawab Dina.
“Please.. forget it! Pulang yuk, nanti keburu sore!” ajak Mutia. “Organisasi oke…!”
“Akademis oke…!” balas
Dina dan Ifa kompak.
* *
*
Mar’atush Sholihah
XI Patiseri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar